KANAL24, Malang – Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949) merupakan penyair terkemuka Indonesia yang dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang” (dari karyanya yang berjudul Aku). Mungkin, masyarakat Indonesia, khususnya yang ada di Malang mengenal Chairil Anwar tapi tidak banyak yang menyadari jika patungnya ada di Kawasan Kayutangan Heritage, Kota Malang, Jawa Timur, tepatnya di depan Gereja Paroki Hati Kudus.
Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa Patung Chairil Anwar yang lahir di Medan ada di Kawasan Kayutangan Heritage?
Chairil Anwar merupakan penyair penggagas sastrawan angkatan 45 yang terkenal dengan karya-karyanya khas pengobar semangat perjuangan. Sebagai penyair hebat, ia menjadi simbol kebangkitan dan perjuangan anak-anak muda mempertahankan tanah air melalui sastra.
Patung Chairil resmi berdiri pada tahun 1955 yang sekaligus menjadi simbol kemasyhuran sang penyair atas puisi-puisinya yang menggugah seluruh negeri. Di bawah patung ukiran sosok kepala Chairil Anwar tersebut, terpatri sajak syair “Aku”-nya yang menggelora.
Posisinya dibuat sejajar dengan mata orang yang memandang, peletakan puisi di bawahnya sengaja dibuat untuk membangkitkan kembali semangat pejuang muda di Malang.
Chairil pernah singgah di Kota Malang pada 25-28 Februari 1947 jika dilihat dari rekam jejak karya-karyanya. Selama di Malang, ia menggubah beberapa puisi seperti Sorga yang ditulis pada 25 Februari 1947 dan Sajak Buat Basuki Resobowo pada 28 Februari 1947.
Karya tersebut dihadiahkan untuk pelukis kondang Malang saat itu, Basuki Resobowo. Selain itu, ada dugaan bahwa Chairil juga menghadiri sidang pleno Komite Indonesia Nasional Pusat (KNIP) yang diselenggarakan pada hari yang sama di Malang.
Pada waktu itu, Chairil Anwar menjadi representasi pemuda yang berani melawan demi kemerdekaan di tengah kemelut perpolitikan dalam negeri yang belum stabil.
Pada periode itu, Bangsa Indonesia masih harus menghadapi rentetan agresi militer Belanda tanpa terkecuali Malang meskipun telah resmi memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945.
Sampai saat ini, monumen patung Chairil Anwar masih selalu menjadi episentrum para pegiat sastra dan seni di Kota Malang.
gambar
Patung Chairil Anwar yang ada di depan Gereja Paroki Hati Kudus (Sukana/Kanal24)
Berdasarkan riwayat tersebut, maka setiap tanggal 26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia sebab pada tanggal tersebut merupakan hari lahir penyair Chairil Anwar, yang dianggap sebagai tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia. Penetapan tersebut dideklarasikan oleh para penyair Indonesia pada tanggal 22 November 2012.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UB, Yusri Fajar, M.A. yang ditemui Kanal24 pada hari Rabu (26/07/2023) menanggapi bahwa saat ini karya-karya puisi sudah semakin banyak yang disiarkan melalui media online atau tidak lagi bertumpu pada media cetak. Selain itu, buku-buku antologi puisi bersama dengan basis komunitas sastra juga terus bermunculan. Sementara, terkait dengan kualitas, banyak penyair-penyair muda yang berproses menentukan gaya berpuisi dan mengeksplorasi tema.
Yusri juga menambahkan bahwa generasi muda, khususnya millennial, yang akrab dengan teknologi memiliki kesempatan dan persentuhan dengan puisi yang disosialisasikan melalui media online seperti media sosial. Selain melalui berbagai kegiatan sastra kreatif di lingkungan pendidikan dan komunitas seni sastra budaya, bahkan media, seperti film-film yang menggunakan puisi sebagai bagian dari isi atau titik tolak ide kreatifnya.
“Patung Chairil Anwar yang ada di Kayutangan, Kota Malang seharusnya bisa menjadi inspirasi bagi tumbuhnya ekosistem kreatif sastra di Malang dan kota-kota lain. Patung itu juga bisa memberikan refleksi betapa penting menghargai sastrawan dan mempelajari karya-karyanya,” tutup Yusri. (nid)