Kanal24, Malang – Pembina Reyog Brawijaya yang juga dosen FT UB Prof. Dr. Eng. Denny Widhiyanuriyawan. S.T., M.T dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 19 di Fakultas Teknik (FT) dan Profesor aktif ke 178 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 332 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya pada hari Minggu (20/08.2023).
Sebagai profesor kelahiran Ponorogo, 13 Januari 1975, Prof. Denny Widhiyanuriyawan telah menempuh pendidikan S1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya (1998), S2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (2002), S3 Geoinformatic Engineering Department Pukyong National University, Korea (2011), dan Profesi Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (2020).
Melihat dari perjalanan pendidikannya, Prof. Denny Widhiyanuriyawan juga telah dipercaya untuk menerima berbagai jabatan dari tahun ke tahun. Untuk tiga jabatan terbarunya adalah Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat FT UB (2014-2017), Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik UB (2017-2022), dan Staf Ahli Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kewirausahaan Mahasiswa (2022-sekarang).
Prof. Denny Widhiyanuriyawan juga telah melakukan berbagai penelitian, salah satunya ia telah berhasil melakukan penelitian dengan menerbitkan 38 karya jurnal internasional. Berkat dari kegigihannya menempuh pendidikan dan mendapatkan berbagai prestasi, ia mendapatkan dua penghargaan dari Presiden RI. Penghargaan yang pernah ia terima adalah Satyalancana Karya Satya X tahun (2013) dan Satyalancana Karya Satya XX tahun (2021).
Prof. Dr. Eng. Denny Widhiyanuriyawan, S.T., M.T. saat dikukuhkan memberikan orasi ilmiah berjudul “Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Harvesting Energi Baru Terbarukan”.
Dalam penelitiannya, Prof. Deny mencoba mengeksplorasi data satelit untuk memetakan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia seperti angin dan memberikan alternatif mesin konversi energi yang sesuai dengan potensi yang ada.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Prof. Deny penginderaan jauh dari satelit QuikScat, potensi energi angin di perairan Indonesia maupun WindSat di beberapa wilayah selatan Sumatera, selatan Jawa, selatan Papua mempunyai potensi kecepatan 6-12 m/s. dan Power Density menunjukkan kategori excellent.
Namun pada perairan lainnya menunjukkan kecepatan angin yang rendah 3-6 m/s dengan kategori Power Density pada kategori marginal dan good.
Data satelit QuikScat dan WindSat selama 11 tahun digunakan untuk memetakan potensi energi angin. Pengolahan data satelit dengan metode filling-gap dan smoothing menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai kecepatan angin 3-6 m/s dengan power density marginal hingga good, sehingga turbin poros vertikal Savonius cocok dikembangkan di Indonesia.
Sementara itu, Kincir Savonius memiliki keunggulan mampu bekerja pada kecepatan angin rendah namun efisiensinya 15%. (nid/suk)