Kanal24, Malang – Pada Orientasi Pendidikan dan Kemahasiswaan (Ordik) Mahasiswa Baru Program Magister dan Doktor Universitas Brawijaya (UB), Senin (21/08/2023) di Gedung Samantha Krida. Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc. atau yang akrab disapa Emil Dardak memberikan sambutan sekaligus pemaparan materi kepada para peserta Ordik UB.
Emil Dardak menjelaskan bonus demografi yang diartikan sebagai kondisi kependudukan di mana usia produktif didefinisikan antara 15 sampai 64 tahun dan ini lebih banyak dibandingkan dengan yang non produktif. Oleh karena itu, diharapkan menjadi kesempatan untuk mendorong produktivitas sebuah negara.
Sebelum Indonesia memasuki fase bonus demografis sekitar satu dekade yang lalu, lebih banyak penduduk usia muda atau usia kecil di Indonesia maupun Jawa Timur karena tingkat kelahiran tinggi dan mungkin saat itu angka harapan hidup relatif lebih rendah. Kemudian hal tersebut bergeser sekarang, jika tadinya anak-anak kecil sudah masuk usia produktif dan masuk angkatan kerja, tapi di tahun 2034 ini akan berbalik lagi dimana nantinya justru yang usia produktif akan masuk usia lanjut dan kemudian tren memiliki anak banyak sudah berkurang bahkan ada yang mulai bicara mengenai childfree.
Hal tersebut yang kemudian menyebabkan berbeda dengan situasi sebelum bonus demografi dimana lebih banyak usia muda atau usia kecil, sekarang akan lebih didominasi oleh usia senior. Hal ini disebut penurunan jumlah penduduk yang dihadapi negara, misalnya Jepang.
“Tantangannya bagaimana negara bisa menjaga kemaslahatan kesejahteraan dari mereka yang berusia lanjut, tentunya banyak negara melakukan langkah-langkah lain,” ujar Emil Dardak.
Salah satu contoh langkah yang diambil Prancis adalah menambah usia pensiun dengan tujuan agar mereka tidak cukup cepat masuk usia pensiun masih bisa bekerja sehingga ekonomi masih ditopang oleh lebih banyak penduduk. Namun, langkah yang diambil Prancis ini memancing demonstrasi yang cukup besar-besaran.
Emil Dardak melanjutkan penjelasannya, meski ada banyak sekali langkah yang bisa ditempuh dan salah satunya menjadikan usia lanjut lebih produktif. Namun, tentunya sebuah negara harus mengantisipasi. Negara harus membangun sebuah sistem untuk kemudian mendukung bagaimana sebuah negara menjaga.
Di sisi lain, diharapkan bahwa penduduk usia non produktif atau usia lanjut ini justru mendapatkan support dari keluarga terdekat. Namun, saat ini semakin banyak keluarga terdekat yang semakin tidak peduli dengan orang tua yang telah mencapai usia non produktif atau usia lanjut.
Maka, Indonesia sedang menghadapi tantangan juga terkait pergeseran nilai-nilai sosial masyarakat di mana keluarga terdekat yang biasanya memiliki kepedulian justru menyerahkan orang tuanya kepada negara untuk diurus. Ini kemudian menjadi diskursus yang menarik untuk dibahas.
Tidak hanya itu, menurut Emil Dardak, banyak pekerja yang juga masih mengalami ‘kegalauan’ apakah mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak karena saat ini banyak orang yang belum tentu banyak rezeki karena Indonesia mengalami disrupsi teknologi.
Kemudian, Indonesia juga mengalami disrupsi ekonomi. Hal ini dikarenakan terjadinya pergeseran pola beli. Banyak penjual konvensional yang mengalami penurunan pembeli karena terjadinya digital ekonomi. Maksudnya, pembeli lebih memilih memilih melalui digital market atau toko daring hingga transportasi publik juga dapat dipesan secara daring.
Selanjutnya, di Indonesia juga terjadi disrupsi agama. Emil tidak banyak memberikan pendapatnya, tetapi ia melihat bahwa sekarang mulai terjadi proses dimana umat beragama mendalami agamanya melalui media sosial. Hal tersebut menjadi tantangan pendidikan dimana pembelajaran mulai terjadi dengan sangat fleksibel.
Dengan adanya disrupsi digital mampu mengubah pola pikir dan logika, sektor yang mengalami termasuk sektor pendidikan. Maka, perlu perubahan model pendidikan secara fundamental dari monologue, text-book, and institution-based education menjadi discussion, open resources, and student-based education. (nid)