Kanal24, Malang – Pengabdian Internasional, kolaborasi antara Universitas Brawijaya (UB) dengan Universiti Malaya memberikan pelatihan life skill dan edukasi tentang bagaimana cara mengelola keuangan kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia pada hari Minggu (13/08/2023).
Kegiatan yang digelar di salah satu shelter PMI Kuala Lumpur, tepatnya di Kantor Ikatan Keluarga Madura (IKMA) ini bertujuan untuk meningkatkan life skill dan edukasi para pekerja migran agar tidak terhimpit kemiskinan di masa mendatang setelah tidak lagi bekerja di luar negeri. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pengabdian, Yeney Widya Prihatiningtyas, DBA., Ak., CA dari Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB.
“Dari awal perkenalan dengan anggota IKMA ini terlihat jelas bahwa mereka perlu dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan pribadi yang baik,” kata Yeney Widya.
Dalam pemaparannya, Yeney mengusung isu pentingnya menabung dan berinvestasi untuk kepentingan masa depan. Selain itu, Yeney juga memberikan gambaran berbagai masalah keuangan yang dihadapi oleh para pekerja migran, seperti kontrol yang lemah pada dana yang dikirim ke keluarga di Indonesia terkait dengan peruntukannya.
“Ada pula jeratan pinjaman online (pinjol), serta mudahnya tertipu iming-iming penggandaan uang oleh dukun palsu yang berujung pada hilangnya nyawa. Hal-hal yang nampaknya sederhana ini bisa jadi merupakan isu penting yang selayaknya diketahui oleh mereka yang selama ini hanya paham bagaimana mencari uang namun kurang berpengalaman dalam mengelola hasilnya,” kata Yeney Widya.
Sekitar 30 pekerja migran yang menjadi peserta sangat antusias dengan kegiatan tersebut. Antusiasme mereka dapat dilihat dari berbagai pertanyaan menarik yang mereka lontarkan, seperti bagaimana cara menabung yang baik, cara berinvestasi yang paling efisien, serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan agar gaji bisa naik.
Selain itu, kolaborator dari Universiti Malaya, Datin Izlin memberikan materi bagaimana mengatur penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan agar tetap mencukupi. Ia menunjukkan hasil survei di Malaysia mengenai persentase pembagian biaya hidup dari kebutuhan primer, sekunder, sampai tersier.
Pada saat menunjukkan hasil survei, Datin menggunakan simulasi penghasilan kebutuhan sehari-hari seorang peserta bernama Agus (24 tahun) yang berpenghasilan sekitar 1.000 Ringgit Malaysia per bulannya.
Survei tersebut kemudian dicocokkan dengan simulasi dari belanja penghasilan yang menunjukkan bahwa hasil survei sesuai dengan bagaimana Agus menggunakan penghasilannya untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, mulai keperluan makan sampai kebutuhan hiburan dan membeli rokok.
Datlin mengatakan bahwa kemampuan teknis dari pekerja migran harus selalu ditingkatkan dengan belajar secara terus menerus. Selain itu, kemampuan berkomunikasi juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya.
Sementara itu, pihak KBRI yang diwakili oleh Hermanto mengaku senang melihat kedatangan tim dari UB dan Universiti Malaya yang menyelenggarakan kegiatan pengabdian di Tajhiz.
Hermanto mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan seperti ini perlu lebih digalakkan lagi kedepannya agar dapat memberi manfaat ilmu dan pengalaman bagi para PMI karena mereka sangat perlu pembinaan dan pelatihan secara informasi agar dapat terus bertahan hidup di Malaysia.
Tajhiz merupakan usaha pemulangan jenazah yang dilakukan oleh para pekerja migran dari Madura. Salah satu pengelolanya bernama Shohenuddin yang membantu tim pengabdian internasional terhubung dengan IKMA.
Usaha Tajhiz (pemulangan jenazah) ini telah dilakukan selama tujuh tahun. Dari awal berdiri di tahun 2016 dan perannya semakin nampak semenjak era pandemi COVID-19 di tahun 2020-2021, yang kemudian berkembang pesat sampai saat ini. Bisnis ini juga telah menjadi sebuah Perseroan Terbatas dengan nama usaha Tajhiz Service SDN. Bhd. dan selalu bekerja sama serta berkoordinasi dengan KBRI.
Dalam kegiatan tersebut, Yeney dibantu oleh Erie Awalil Fakhri dari Departemen Manajemen dan Mirna Amirya, Ph.D., Ak., CA. dari Departemen Akuntansi FEB UB.
Sementara itu, kolaborasi bersama Universiti Malaya sudah terjalin sejak tahun 2022 yang lalu melalui kerjasama pengembangan kurikulum di program studi sarjana Akuntansi serta kerjasama penelitian melalui hibah kolaborasi bersama universitas yang masuk di QS 100 World University Ranking. (nid)