KANAL24, Malang – Sungai Konto dan beberapa sungai kecil di wilayah Pujon dan Ngantang Kabupaten Malang aliranya bermuara di Waduk Selorejo. Air sungai yang tertampung di Waduk Selorejo dimanfaatkan untuk irigasi dan PLTA Selorejo. Ke arah hilir air buangan dari Waduk Selorejo dimanfaatkan untuk pembangkit PLTA Mendalan dan PLTA Siman serta untuk irigasi Kasembon sampai hingga Kediri. Begitu pentingnya air sungai Konto sebagai penyuplai utama waduk Selorejo, tentu sangat penting untuk dijaga kualitas dan kuantitasnya. Air suplai waduk yang tercemar dapat berdampak pada peralatan PLTA.
Desa Kaumrejo Kecamatan Ngantang merupakan salah satu desa yang berada di kawasan waduk Selorejo. Wilayahnya berupa kawasan perbukitan yang mayoritas penduduknya hidup sebagai petani dan peternak. Di area waduk wilayah desa Kaumrejo ditumbuhi tanaman eceng gondok yang hampir menutupi sebagian besar area waduk. Pada kondisi tertentu tanaman eceng gondok dan sampah yang hanyut akan terbawa aliran sungai menuju ke depan intake PLTA Selorejo dan tentu berdampak pada suplai air ke PLTA.
Luasnya area yang ditumbuhi eceng gondok membuat para petani di Kaumrejo juga kesulitan untuk menyeberang waduk menuju kebun masyarakat yang berada di seberang waduk. Secara periodik Perum Jasatirta sebagai pengelola air waduk melakukan pengerukan sedimen waduk, membersihkan sampah dan membersihkan tanaman eceng gondok yang ada di Waduk Selorejo untuk menjaga kualitas dan kuantitas air suplai ke PLTA. Biaya operasional untuk pengerukan sedimen waduk dan pembersihan eceng gondok sangat besar sementara volume sedimen dan sampah dari tahun-ke tahun terus meningkat, sehingga harus dicarikan solusi untuk mengatasinya.
Eceng gondok yang menutupi Waduk Selorejo dan proses pembersiahanya
Tim Doktor Mengabdi (DM) Universitas Brawijaya tahun 2023 yang di ketuai Dr Runi Asmaranto bersama Dr Anggara Wiyono, Dr Sugiarto dari Fakultas Teknik, Arief Budi Nugroho, M.Si. dari FISIP dan Ibnu Sam Widodo, SH, MH. Dari Fakultas Hukum UB membantu menyelesaikan permasalahan eceng gondok di kawasan Waduk Selorejo dengan memberdayakan kelompok tani dan peternak di Desa Kaumrejo. Melalui program DM tersebut tim dosen dan mahasiswa akan menerapkan metode Participatory Actions Research (PAR).
Metode ini menekankan upaya membangun kolaborasi antara lembaga publik, lembaga pemerintah dan elemen masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan waduk Selorejo. Berangkat dari hasil kajian pemetaan wilayah dan survei kondisi area waduk, maka upaya penanganan eceng gondok dilakukan melalui program sosial kemasyarakatan dengan memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya menjaga keberlangsungan waduk, memberikan pelatihan mengolah eceng gondok menjadi pakan ternak dan pupuk organik. Selain itu juga diserahkan bantuan 2 mesin pencacah multifungsi (chopper mutifungsi) kepada kelompok tani/ peternak untuk mengolah eceng gondok menjadi pakan silase dan pupuk organik. Perum Jasatirta 1 juga turut menyerahkan bantuan 2 unit mesin chopper kepada kelompok tani/ peternak. Menurut Runi Asmaranto “selama ini penanganan eceng gondok di Waduk Selorejo dilakukan dengan cara mekanik menggunakan excavator amphibius yang dilakukan oleh Perum Jasa Tirta. Dengan cara ini tentu biayanya mahal dan ternyata volume eceng gondok dari tahun ke tahun tidak semakin menurun. Hal ini disebabkan para peternak masih saja membuang limbah ternak langsung ke sungai yang bermuara di waduk, sementara mereka tidak berupaya memanfaatkan eceng gondok tersebut untuk pakan ternak atau bahan pupuk mandiri. Melalui program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya tahun 2023 diharapkan dapat membangun kesadaran kolaboratif penanganan eceng gondok secara Bersama-sama melalui kegiatan partisipatif pemberdayaan masyarakat”.
Diharapkan kegiatan ini akan berlanjut di tahun mendatang melalui pemberdayaan masyarakat berkelanjutan dengan visi mengurangi volume eceng gondok di waduk Selorejo.(sdk)