KANAL24, Blitar – Ketahanan pangan menjadi salah satu target prioritas Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia. Melihat uregnsi dari hal tersenut pada tgl 16 Juni 2023, Tim dari FEB UB yang terdiri atas Sri Muljaningsih dan Dwi Retno Widiyanti terjun langsung di Desa Kerjen, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Tim ini melangsungkan program penguatan kelembagaan desa dalam pencapaian SDGs berbasis maqashid syariah, dengan titik berat yaitu ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Pelaksanaan program ini berlangsung di kantor Desa Kerjen Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, dimulai pada pukul 9:00 WIB hingga pukul 13:00 WIB. Dalam acara tersebut dibahas pentingnya strategi penguatan kelembagaan Desa. Kelembagaan desa yang direpresentasi oleh pemerintah desa, sedangkan lembaga informal yang terdiri atas Organisasi keagaman masyarakat, kelompok usaha, peternak, dan lain-lain. Penguatan pemahaman mengenai pencapaian SDGs berbasis maqashid syariah dibahas secara detil pada pagi itu guna memenuhi kebutuhan target audien yang basis mayoritas adalah muslim.
Target utama program ini adalah masyarakat peternak guna meningkatkan kesadaran akan arti penting pencapaian target pembangunan berkelanjutan berbasis maqashid syariah di Desa Kerjen terutama ketahanan pangan Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, penting sekali untuk menjaga peningkatan produktifitas peternak secara berkelanjutan. Disamping itu, aktifitas produksi harus dilaksanakan dengan memperhatikan aspek maqashid syariah dengan 5 indikator yaitu penjagaan agama, akal, jiwa, keturunan dan harta.
Dalam pertemuan ini dilakukan brainstorming tentang mitigasi masalah yang ada pada industri ternak dan upaya solusi pencegahan. Masalah penyakit merupakan gangguan dan ancaman terbesar dalam usaha peningkatan produksi ternak ayam; contoh penyakit yang ditimbulkan: syaraf leher, flu ayam, cakar ayam, cacar ayam, gumboro, anemia, batuk menahun, batuk darah, kerdil ayam, busung ayam, syaraf komplek, mareks, tetelo, produksi awal, deperesi ayam dan sendi lutut, maupun kapang. Sehingga, perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan terjangkitnya penyakit seperti langkah kongkrit pencegahan penyakit bagi hewan ternak dengan penerapan biosecurity 3 zona. Masyarakat juga diajak untuk mengenali biosecurity, yang merupakan segala usaha pencegahan masuknya penyakit ke dalam lingkungan peternakan, yang terdiri atas tiga aspek: Biosecurity Konseptual (lokasi peternakan), Biosecurity Struktural (tata letak) dan Biosecurity Operational (prosedur operasional).
Adapun penerapan Biosecurity 3 Zona, adalah pemisahan area peternakan ke dalam tiga area yaitu merah, kuning dan Hijau. Area Merah adalah area luar peternakan, merupakan lokasi kuman penyakit berada, maka peternak diharapkan untuk mewaspadai semua hal baik manusia, hewan atau barang yang datang dari area ini. Area Kuning, adalah area peralihan, yaitu area antara luar peternakan dan dan area bersih. Area kuning didesain untuk melakukan standar operasional pembersihan serta untuk menyimpan hasil produk yang bersih seperti telur. Sedangkan Area Hijau, adalah area bersih, yang mana hanya pihak yang melakukan aktifitas beternak saja yang dapat mengaksesnya, seperti pekerja maupun tenaga kebersihan. Melalui penerapan Biosecurity 3 Zona harapannya peternakan yang sehat dan unggas aman akan tercapai. Sehingga ketahanan pangan yang berkelanjutan pun akan terwujudkan.
Acara tersebut dihadiri oleh aparat pemerintah Desa, dan masyarakat kelompok peternak maupun UMKM. Pada pertemuan itu kepala Desa Kerjen, Moch Amiruddin S.Pd., juga menyebutkan bahwa para peternak di lingkungan Desa Kerjan terdiri atas peternak skala gurem dan skala kakap. Adapun penerapan biosekuriti ini ditekankan pada seluruh peternak baik skala kecil maupun besar. Bapak Amiruddin juga menekankan bahwa hal kongkrit yang dapat dilakukan oleh masyarakat, yang kebanyakan adalah peternakadalah mewujudkan gerakan kelompok peternak sadar biosekuriti. (sdk)