Kanal24 – Meskipun pemerintah telah gencar melakukan bantuan pangan dan operasi pasar, gelombang kenaikan harga beras di tingkat konsumen di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda penurunan pada pekan kedua Oktober 2023.
Data dari Badan Pangan Nasional mencatat bahwa pada tanggal 8 Oktober 2023, harga beras kualitas medium mencapai rata-rata Rp13.200 per kilogram, sementara beras kualitas premium seharga rata-rata Rp14.920 per kilogram.
Harga-harga tersebut telah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium dalam Perbadan No. 7/2023.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa harga beras mengalami inflasi tahunan sebesar 18,44 persen pada September 2023, yang merupakan angka tertinggi sejak 2014. Inflasi bulanan beras juga mencapai 5,61 persen pada bulan yang sama, mencatatkan angka tertinggi sejak Februari 2018.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, melalui bisnis.com mengungkapkan kekhawatiran pengusaha ritel terhadap lonjakan harga beras premium yang terus meningkat dari produsen. Harga pembelian beras hampir mendekati HET beras premium, menyebabkan margin keuntungan dari penjualan beras semakin tipis. Oleh karena itu, muncul desakan untuk merevisi HET beras premium.
Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga beras adalah dengan memperbanyak pasokan beras ke pasar domestik. Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya meningkatkan pasokan beras sebagai strategi untuk menekan harga jual di tingkat konsumen.
“Harus kita atasi dengan menggerojokkan sebanyak-banyaknya, memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun,” ujarnya melalui laman kepresidenan.
Data BPS pada September 2023 menunjukkan bahwa harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani mencapai Rp6.415 per kilogram, harga Gabah Kering Giling (GKG) Rp7.386 per kilogram, dan harga Gabah Luar Kualitas (GLK) Rp.6.043 per kilogram.
Presiden menjelaskan bahwa kenaikan harga gabah ini disebabkan oleh kekeringan yang dipicu oleh fenomena El Nino. Pemerintah juga telah meningkatkan cadangan beras nasional sebesar 1,5 juta ton sebagai langkah antisipasi terhadap dampak El Nino terhadap produksi beras dan hasil panen.
“Problem itu (El Nino). Oleh sebab itu, kenapa kita tambah 1,5 juta ton cadangan kita karena El Nino apa pun memberikan pengaruh kepada produksi, memberikan pengaruh kepada hasil panen yang ada,” tambahnya.
Kenaikan harga beras di Indonesia menjadi isu yang mendalam dan kompleks, melibatkan banyak faktor yang meliputi produksi gabah, distribusi beras, regulasi harga, serta dampak perubahan iklim seperti El Nino. Upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga beras dan memastikan pasokan yang cukup menjadi tantangan yang terus dihadapi di tengah gejolak ekonomi global dan ketidakpastian cuaca. Diperlukan kerja keras dan kerjasama semua pihak untuk mengatasi masalah ini dan menjaga ketersediaan beras yang memadai bagi masyarakat Indonesia.(din)