Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) kembali menggelar Moral Camp sebagai bagian dari upaya memperkuat karakter inklusif mahasiswa. Program yang diorganisir oleh Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT PKM) UB melalui Pusat Kajian Karakter dan Kebhinekaan ini, telah mengirimkan 30 mahasiswa terpilih dari total 285 pendaftar untuk mengikuti Moral Camp yang akronim dari Merawat Religiusitas, Rasionalitas, dan Literasi.
Moral Camp kali ini menekankan pentingnya menyelami keberagaman dan menjadi inklusif bagi semesta. Tema āMenyelami Keberagaman, Menjadi Inklusif bagi Semestaā mencerminkan misi strategis untuk menjadikan masyarakat beragam dan toleran sebagai laboratorium untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan inklusif.
Kriteria peserta Moral Camp melibatkan mahasiswa S1 UB yang telah menempuh empat Mata Kuliah Wajib Kurikulum, termasuk Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Sebelum menjalani program Live-in selama tiga hari di rumah penduduk, peserta menerima pembekalan dari pemateri tentang keberagaman, teknik membuat luaran berupa infografis, video, dan artikel, serta pengelolaan media sosial.
Kegiatan yang dimulai Jumat (17/11/2023) melibatkan sejumlah agenda, mulai dari acara penyambutan, perkenalan, hingga kegiatan diskusi dengan tokoh agama dan praktik seni budaya lokal. Peserta juga diajak untuk menjelajahi panorama Bromo dan mengikuti kegiatan outbound sebagai bagian dari rangkaian kegiatan yang bertujuan membentuk karakter inklusif dan memperdalam pemahaman tentang toleransi.
Kepala UPT PKM, Dr. Mohamad Anas, M.Phil menjelaskan bahwa Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo dipilih sebagai lokasi yang tepat untuk kegiatan Moral Camp. Desa ini terkenal karena masyarakatnya yang beragam, toleran, modern, dan inklusif, dengan representasi agama Budha, Islam, dan Hindu. Toleransi agama tercermin dalam berbagai tradisi dan praktik, misalnya Tradisi Unjung-Unjung (tradisi mengunjungi warga setelah hari raya besar keagamaan), makam inklusif, dan kerjasama dalam pendirian rumah ibadah, dan masih banyak lainnya.
Menurut Anas, Desa ini menarik karena menjadikan adat sebagai perekat antar agama. Beberapa tradisi dan upacara adat wajib diikuti oleh semua warga Desa Ngadas dan tidak bertentangan dengan agama, akan tetapi justru menopang satu sama lain.
Ketua Program Moral Camp 2023, Destriana Saraswati, M.Phil, berharap agar mahasiswa yang mengikuti program ini dapat menyelami khasanah dan kearifan praktik toleransi yang tak terbatas di Desa Ngadas. Keberagaman adat dan upacara wajib yang tidak bertentangan dengan agama di Desa Ngadas diharapkan dapat membentuk peserta menjadi pribadi yang toleran, moderat, dan mampu mewujudkan nilai inklusif bagi masyarakat secara luas.