Kanal24, Malang – Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito M.S., memberikan pandangan tentang perubahan paradigma dalam dunia pertanian, menyoroti kebutuhan mendesak untuk beralih ke sistem pertanian organik. Dalam wawancara dengan Kanal24 pada Selasa (21/11/2023), Prof. Yogi memaparkan pengalamannya dan mengajak masyarakat untuk mempertimbangkan keberlanjutan dalam budidaya tanaman.
“Budidaya tanaman memiliki produksi yang sangat tinggi. Saya sering mengajar di kelas bahwa budidaya tanaman yang benar tidak hanya menguntungkan bagi petani, tetapi juga bagi konsumen akhir. Tetapi, kita masih terjebak dalam penggunaan bahan kimia pertanian,” ungkap Prof. Yogi.
Baca juga: Pakar Pangan UB Sarankan Diversifikasi Pangan Solusi Atasi Krisis
Menurut Prof. Yogi, keengganan untuk beralih ke pertanian organik menjadi penghambat utama. Meskipun pemerintah telah memulai inisiatif untuk mendorong pertanian organik, perkembangannya masih lambat.
“Sistem pertanian organik memang lebih lambat dalam memberikan hasil, tetapi hasilnya lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tambah Prof. Yogi.
Prof. Yogi juga pernah melakukan perjalanan ke luar negeri dan mengamati bahwa banyak negara maju, seperti Eropa dan Jepang, telah mengadopsi pertanian organik sebagai bagian integral dari kebijakan pertanian mereka. Melihat hal tersebut, Prof. Yogi mengatakan bahwa negara-negara tersebut sadar akan bahaya penggunaan bahan kimia, bukan hanya bagi tanaman, tetapi juga bagi kesehatan manusia. Indonesia perlu mengikuti jejak ini untuk melindungi petani dan konsumen.
Sebagai pakar pangan UB, Prof. Yogi juga mencontohkan “Revolusi Hijau” yang pernah melanda pertanian pada tahun 1980-an. Ia mengingatkan bahwa banyak negara mengimplementasikan aturan ketat terkait penggunaan bahan kimia dalam pertanian. Saat itu, petani yang menggunakan bahan kimia dihukum. Oleh karena itu, Indonesia perlu belajar dari pengalaman ini dan memastikan bahwa petani dan konsumen Indonesia terhindar dari risiko kesehatan yang serupa.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi petani juga menjadi sorotan Prof. Yogi. Ia mengingatkan bahwa tanpa pemahaman yang baik tentang pertanian organik, sulit bagi para petani untuk beralih.
“Kita perlu memastikan bahwa petani diberi pelatihan yang memadai dan didukung dengan sumber daya yang cukup untuk mengadopsi praktik pertanian organik,” ujar Prof. Yogi.
Baca juga: Pakar Pangan UB Sarankan Diversifikasi Pangan Solusi Atasi Krisis
Sebagai dosen pertanian, Prof. Yogi mengajak mahasiswa, generasi muda, dan masyarakat untuk bersama-sama menuju pertanian yang lebih berkelanjutan, sehat, dan menguntungkan. Pertanian organik bukan hanya pilihan, tetapi keharusan untuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih berkelanjutan.
“Sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem pertanian organik pertanian sehat berkelanjutan. Sistem pertanian sehat itu dengan cara pengendalian hama terpadu. Artinya tanpa menggunakan bahan kimia menjadi salah satu caranya,” tandas Prof. Yogi.
Prof. Yogi berharap masyarakat, petani, pemerintah, hingga pemangku kepentingan sadar untuk beralih mengadopsi ke sistem pertanian organik sebagai langkah untuk memberi dampak positif terhadap lingkungan, kesehatan, dan hasil panen. (nid/skn)