Kanal24, Malang – Rafly Rayhan Al Khajri, Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB), mengungkapkan pandangannya bahwa Pemilu 2024 dihadapkan pada dua tantangan besar yang mempengaruhi perilaku pemilih muda. Hal ini disampaikan dalam acara “Diskusi Publik Generasi Muda Memilih: Mewujudkan Pemilu 2024 Tanpa Golput,” yang diselenggarakan untuk mahasiswa se-Malang Raya di Samantha Krida Universitas Brawijaya (7/12/2023).
Rafly menyampaikan fakta bahwa 52% dari data pemilih Pemilu 2024 adalah anak muda. Namun, dia menyoroti dua tantangan besar yang dihadapi dalam Pemilu 2024. Pertama, bagaimana gimmick politik yang diperkenalkan oleh para kontestan dapat memengaruhi perilaku pemilih.
“Kecenderungan pemilih muda hari ini sedikit banyak dipengaruhi oleh gimmick politik ketimbang memilih berdasarkan rasionalitas. Sehingga menjadi tantangan bagi politisi hari ini untuk menghadirkan gagasan yang rasional,”ungkapnya.
Tantangan kedua yang diungkapkan Rafly adalah adanya ekshibisi disorientasi politik yang dinilainya memengaruhi produk-produk hukum yang dihasilkan. Rafly memberi contoh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 90 tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2023, yang memungkinkan para kontestan untuk tidak cuti dari jabatan mereka.
Disorientasi politik ini, menurut Rafly, dapat menghasilkan ketidakpercayaan, yang selanjutnya berpotensi menimbulkan ketidakpatuhan dan disintegrasi bangsa.
“Rasa-rasanya anak muda hari banyak yang distrust karena banyak sekali hukum yang digunakan sebagai instrumen politik bahkan lembaga negara digunakan sebagai instrumen politik.
Menko Polhukam Mahfud MD, yang hadir secara virtual dalam diskusi tersebut, memberikan tanggapan bahwa ia menyebut bahwa gimmick politik memang menjadi perbincangan banyak orang, namun Mahfud menekankan bahwa penilaian tetap ada di tangan masyarakat.
“Justru itu tugas saudara sebagai mahasiswa untuk memberitahu masyarakat, bagaimana cara memilih pemimpin yang baik. Apakah gimmick itu mewakili kepentingan saudara atau tidak, saudara bisa menilai sendiri. Yang terpenting adalah saudara memilih dengan memberi penilaian,” kata Mahfud.
Mahfud MD juga mengakui bahwa hukum merupakan produk politik yang lahir dari keputusan politik. Oleh karena itu, penting bagi pemilih, terutama generasi muda, untuk menggunakan hak politiknya dengan bijak untuk memilih pemimpin yang memiliki kesadaran mendalam atas demokrasi. Mahfud MD menegaskan bahwa pemilu adalah kunci utama untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tatanan politik.(din)