Kanal24, Malang – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2023 mencapai 2,61 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sejalan dengan inflasi year to date yang juga sebesar 2,61 persen. Pengumuman ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pada Selasa (2/1/2024).
Dalam rilis tersebut, terungkap bahwa inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 5,08 persen dengan IHK mencapai 120,82, sementara inflasi terendah tercatat di Bandung sebesar 0,63 persen dengan IHK 116,16.
Inflasi y-on-y terjadi sebagai hasil dari kenaikan harga yang merata di berbagai kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan tertinggi sebesar 6,18 persen, diikuti oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan kenaikan sebesar 3,55 persen. Adapun kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan paling rendah sebesar 0,20 persen.
Tingkat inflasi month to month (m-to-m) pada Desember 2023 mencapai 0,41 persen, sementara tingkat inflasi year to date (y-to-d) di akhir tahun 2023 sebesar 2,61 persen.
Dalam konteks komponen inti, tingkat inflasi y-on-y pada Desember 2023 sebesar 1,80 persen, dengan inflasi m-to-m sebesar 0,14 persen, dan tingkat inflasi y-to-d sebesar 1,80 persen. Data ini memberikan gambaran lengkap tentang dinamika inflasi yang terjadi di berbagai sektor ekonomi.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyoroti bahwa berbagai kelompok pengeluaran, termasuk makanan, minuman, dan tembakau, berkontribusi signifikan terhadap kenaikan inflasi bulanan dan tahunan. Peningkatan permintaan musiman selama liburan Natal dan Tahun Baru juga memberikan dampak pada lonjakan inflasi di sejumlah daerah.
“Inflasi Sumenep yang mencapai 5,08 persen menjadi sorotan dengan kontribusi signifikan dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” ungkap Amalia Adininggar Widyasanti. (din)