Kanal24, Malang – Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya, Dr. Ns. Lilik Supriati, SKep.,MKep, melakukan orasi ilmiah pada Sidang Pleno Terbuka Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Brawijaya (UB) dalam rangka Dies Natalis ke-61 UB, yang mengusung tema “Penguatan Mental Health Awareness sebagai Perspektif Pendekatan Burnout Dalam tatanan Perguruan Tinggi.”
Topik tersebut selaras dengan slogan Dies Natalis ke-61 Universitas Brawijaya yaitu “Brawijaya Sehat Bermartabat.” Jumat (5/1/2024)
Lilik memaparkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, isu global terkait kesehatan mental dalam bidang akademisi, termasuk juga kampus, menjadi isu yang hangat dibicarakan. Oleh karena itu kita ingin bersama-sama untuk menjaga reputasi, integritas, dan komitmen Universitas Brawijaya untuk lebih bermanfaat kepada masyarakat dan seluruh civitas akademika.
Burnout merupakan kondisi dimana pekerja merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional akibat kelelahan kerja.
Perubahan tuntutan pekerjaan yang drastis pada masa pandemi hingga sekarang banyak menantang civitas akademika, tidak hanya mahasiswa, tetapi juga dosen dan tenaga kependidikan.
“Selama ini burnout masih dianggap remeh, kelelahan pekerjaan masih dianggap sesuatu yang wajar. Padahal pada kenyataannya burnout dalam konsep kesehatan jiwa dampaknya sangat luar biasa yang tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalami, namun juga bagi institusi dan orang-orang di sekitar,” terang Lilik.
Lilik menambahkan bahwa jika seseorang mengalami kelelahan pekerjaan, maka kinerja dan prestasi individu tersebut bisa terganggu. “Maka dari itu, kami berharap agar makin banyak masyarakat yang sadar akan besarnya masalah yang ditimbulkan dari burnout,” ujarnya.
Dosen Fikes UB ini menjabarkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diupayakan bersama:
-
Meningkatkan kemampuan coping yang merupakan strategi pemecahan masalah, termasuk membuat program untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang positif dalam memandang masalah dan stressor kerja.
-
UB membuat program yang bersifat promotif dan preventif terkait dengan pencegahan masalah mental di kampus.
-
Adanya support, motivasi, dukungan emosional yang layak dari Instansi dan juga orang orang di sekitar
-
Dibuatnya fasilitas atau layanan terkait dengan krisis mental. Hal ini penting untuk seluruh civitas akademika yang sudah mengalami masalah mental.
Permasalahan burnout ini tidak dapat dianggap remeh bagi para civitas akademik. Karena menghindari burnout bukan berarti menghindari pekerjaan, tetapi bagaimana cara diri untuk memperkuat dan memandang positif semua masalah yang dihadapi.
“Harapan kedepannya Universitas Brawijaya dapat lebih menunjukkan komitmen dan kepedulian dari semua pihak. Untuk mencegah terjadinya kasus kesehatan mental di kampus dengan program-program yang akan diakomodir,” ujar Lilik. (fan/din)
Comments 1