Kanal24, Malang – Pada acara pidato pengukuhan profesor di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Yusuf Wibisono, S.T.P., M.Sc., IPM, ASEAN.Eng. menyampaikan pentingnya pengembangan sistem membran terintegrasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam pemisahan biomolekul.
Acara pengukuhan profesor dilaksanakan di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Malang pada Kamis (22/2/2024)
Pada kesempatan tersebut Prof. Yusuf menjelaskan tentang Model I-SMART (INTEGRATED SUSTAINABLE MEMBRANE SEPARATION SYSTEMS) untuk pemisahan biomolekul.
I-SMART (Integrated Sustainable Membrane Separation Systems) merupakan model untuk pemisahan biomolekul. Membran berpori dipakai untuk memisahkan zat tertentu seperti biomolekul pada berbagai bioproduk, baik untuk pangan, pakan, bahan bakar, nutrasetikal dan farmasetikal.
“Latar belakang dari diciptakannya hal ini adalah perkembangan teknologi bioproses di Indonesia memiliki perbedaan dengan dunia Barat dan Timur,” ungkapnya.
Ia menuturkan bahwa di Barat, bioproses dalam kultur cair (submerged culture) seperti produksi etanol, asam asetat, asam laktat, dan gliserol lebih populer. Sementara di Timur, kultur padat (solid state/surface culture) seperti pemanfaatan enzim dari fungi lebih dikenal.
“Proses bioproduksi lebih dikenal dengan proses hulu (upstream process), sedangkan proses pemisahan dan pemurnian disebut sebagai proses hilir (downstream process). Bioproduk yang dihasilkan bisa berupa produk pangan, pakan, bahan bakar, bahan kimia, nutrasetikal, farmasetikal, dan biomaterial,” jelasnya.
Menurutnya I-SMART Model menggabungkan konsep sistem membran terintegrasi yang lestari (sustainable), baik dalam aspek material penyusun membran, fabrikasi alat dan proses membran yang rendah energi, efisien dan ramah lingkungan. Hal ini dirancang untuk mengurangi dampak dari zat kimia pelarut yang biasa digunakan dalam pembuatan membran dan sesuai dengan PVDF antara lain N,N-dimetil asetamida (DMAc), N,N-dimetil formamida (DMF), dan N-metil pirolidon (NMP). pelarut-pelarut ini sangat berbahaya karena toksisitas dan risiko kesehatannya.
Prof. Yusuf juga menekankan bahwa NMP telah terbukti menyebabkan toksisitas perkembangan, iritasi mata dan kulit, iritasi pernapasan, dan pertumbuhan kanker karena efek mutagenik dan karsinogeniknya. Selain berisiko bagi tubuh manusia, pelarut beracun juga menyebabkan pencemaran lingkungan.
Ia juga menyampaikan, “Keunggulan dari I-SMART Model ini adalah terintegrasinya aspek material dan proses, yang didukung oleh penelitian (science-driven) dan diperkuat oleh kebutuhan masyarakat dan industri (industrial demand).”
Sedangkan kelemahan I-SMART Model adalah masih belum optimalnya kinerja membran yang berbasis biopolimer dan biokeramik, dan masih diperlukannya perbaikan kinerja sistem membran secara keseluruhan untuk efisiensi proses pemisahan biomolekul.
Untuk pengembangan kedepan, Prof. Yusuf merekomendasikan optimisasi fabrikasi, proses, dan alat dengan menggunakan AI, serta memperbanyak pengujian pada aspek-aspek yang diutamakan dan penerapan pada kebutuhan spesifik, seperti industri bioproses atau kebutuhan komunitas masyarakat. Harapannya, Model I-SMART dapat diterapkan secara berkesinambungan dan disempurnakan melalui kolaborasi lintas disiplin ilmu dan pemangku kepentingan. (fan)