Kanal24, Malang – Komunikasi merupakan hal dasar yang pasti dimiliki oleh setiap manusia. Namun kini zaman telah berubah, kehidupan kita telah berbeda sangat jauh dengan orang tua kita. Kehidupan mereka masih mengutamakan berinteraksi sosial dengan cara langsung. Berbeda dengan era milenial dan gen Z yang kini telah menyatu dengan kehidupan dunia maya.
Prof. Anang Sujoko, M,Si., D.COMM., dalam acara Kajian Umum Ramadhan (KURMA) di Masjid Raden Patah UB menyampaikan bagaimana ketika hidup lebih banyak di dunia maya daripada di dunia nyata. Senin, (18/03/2024).
Menurutnya kehidupan sebelum era internet lebih mengutamakan komunikasi secara langsung dengan tatap muka. Keberadaan alat komunikasi seperti telepon hanya sebagai pelengkap dari kehidupan. Menelpon dan sms hanya sebuah bentuk komunikasi pelengkap.
“Dalam hal ini jalur komunikasi secara face to face lebih diunggulkan karena kita dapat melihat ekspresi, tatapan mata, dan memahami kondisi secara langsung. Karena bagaimana seseorang berpakaian, cara berduduk, cara menyampaikan pesan, cara menatap, dan bahkan aroma tubuh adalah bentuk sebuah pesan,” terang Prof. Anang.
Ia menjelaskan bahwa dalam ranah virtual, semua bentuk pesan implisit yang dibawa ketika berkomunikasi secara langsung akan tereliminasi. Pesan teks dan obrolan grup telah menggantikan percakapan langsung di dunia nyata. Pesan yang bisa didapat melalui ekspresi dan bahasa tubuh kini hanya mengandalkan tulisan dan dukungan emotikon saja.
Terkadang kita hadir di sebuah acara namun kita terbuai dengan dunia maya yang lebih kita anggap menarik. Tangan kita disibukkan dengan menelusuri linimasa sosial media kita. Prof. Anang memberi perumpamaan sebagai sekaleng sarden.
“Banyak anak muda sekarang yang hidupnya seperti sekaleng sarden, badan mereka ada dalam sebuah kaleng namun kepalanya tidak ada. Mereka hadir secara fisik dalam acara tertentu, namun ruh mereka tidak demikian,” tuturnya.
Prof. Anang menjelaskan bahwa dalam berinteraksi dengan masyarakat dalam dunia virtual maka kita harus benar-benar memahami prinsip-prinsip komunikasi yang termediasi. Bahwa setiap orang dalam berkomunikasi itu dipengaruhi oleh dua hal, kerangka referensi dan pengalaman hidup. Seseorang akan menentukan nilai kewajaran, kebenaran, dan bahkan kesalahan berdasar apa yang selama ini dia alami, siapa orang terdekat, dan apa yang ia baca.
Ia berpesan agar di masa internet dan teknologi telah berkembang pesat ini kita harus bisa menjadi jati diri kita sendiri, karena hidup akan terus berlanjut dan kehidupan dunia maya akan lebih berkembang. Maka dari itu kita harus menjadikan teknologi sebagai alat yang mempermudah kehidupan sehari-hari, sehingga kita tidak bergantung pada teknologi. (fan)