Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Setiap kita memiliki tempat asal dan setiap kita akan kembali (mudik). Pastikan bahwa perjalanan mudik kita dalam keadaan aman dan selamat. Lalu kemana kita akan mudik ?. Ok, Kita akan mudik ke tempat asal kita. Dimanakah tempat asal kita ?. Ketahuilah bahwa sesungguhnya tempat asal penciptaan diri kita ini bukanlah di salah satu tempat di bumi ini, melainkan tempat asal kita adalah di sorga, yaitu saat bapak pertama manusia di cipta yaitu Nabi Adam, beliau dicipta di sorga. Namun karena godaan syetan yang licik akhirnya tergelincir oleh tipu daya syetan sehingga dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi sebagai ujian.
Manusia di bumi ini diuji untuk membersihkan segala dosanya dengan melakukan berbagai amal kebaikan agar dapat kembali ke kampung asal di sorga. Pastikan bahwa mudik kita benar-benar bisa sampai ke tempat asal kita yaitu sorga. Jangan sampai salah jalan dan salah tempat kembali.
Di bumi Allah swt ingin menguji manusia siapa diantara mereka yang mampu menunjukkan amal terbaik. Sebagaimana dalam Firman-Nya :
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. (QS. Al-Kahfi : 7)
Bumi ini bukanlah tempat akhir manusia. Bumi hanyalah tempat persinggahan antara saja untuk bisa sampai ke surga. Jadi jangan terperdaya oleh berbagai perhiasan dan kenikmatan dunia. Anggaplah di dunia ini kita hanya lewat sebentar saja untuk mengumpulkan banyak bekal kebaikan agar mencukupi bisa kita bawa ke sorga. Sebagaimana sabda nabi :
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan”
Dunia bukan tempat kembali kita saat mudik nanti, namun akhirat-lah sejatinya tempat mudik kita kelak, dan itulah tempat mudik yang terbaik. Karenanya, janganlah tertipu dengan dunia. Dunia hanyalah persinggahan sementara.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS. Al-Ankabut :64)
Sekalipun hidup kita di muka bumi adalah sementara maka cukuplah ambil sebagian kecil dari kenikmatannya jangan habiskan waktu, pikiran, energi kita hanya untuk sedikit kenikmatan dunia itu. Namun perbanyaklah mengumpulkan bekal untuk kebaikan di akhirat agar saat pertanggungjawaban amal tidak terlalu susah dan agar lebih ringan memasuki kampung asal kita di sorga.
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qashash : 77)
Jangan gantikan kenikmatan kampung akhirat dengan sedikit kenikmatan di tempat persinggahan sementara ini. Relakah kita menjadikan kenikmatan dunia sebagai ganti kenikmatan di kampung akhirat ? Sementara akhirat itu kekal dan dunia itu fana.
أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS.At-Taubah : 38)
Kehidupan kita di dunia ini tidaklah kekal, paling usia kita hanya sekitar 60-80 an tahun, dan sedikit sekali yang melebihi usia diatas itu. Hidup di dunia hanya sementara ibarat kita sedang berada di sebuah terminal pemberhentian. Jangan habiskan waktu dan energi di tempat itu karena kendaraan akan segera berangkat kembali. Jangan terlena di terminal yang akan membuat kita ketinggalan kendaraan yang kita tumpangi.
Jangan terlalu berambisi untuk meraih apapun di terminal pemberhentian karena kita disana tidaklah kekal. Harusnya kita berambisi untuk menggapai kedudukan tinggi di tempat asal kita, yaitu tujuan akhir dari perjalanan kita, yakni akhirat. Jangan sampai kita tidak sampai bisa kembali ke tempat asal kita karena tidak cukup bekalnya atau bahkan tertolak untuk kembali sebab tindakan dan perilaku kita ternyata tidak mencerminkan kultur dan karakter dari penduduk tempat asal kita, yakni sorga.
Beberapa ciri kultur dan karakter dari para penduduk kampung sorga (tempat asal manusia beriman), yaitu beriman pada Allah swt dan suka beramal sholih, mentaati Allah dan Rasul-Nya, pribadi taqwa yang sebenarnya, cinta dan benci karena Allah semata, memiliki hati yang dermawan, suka berinfaq di kala senang ataupun susah, memiliki hati yang selamat dari berbagai penyakit yang dapat mematikan, berupa keraguan dalam agama, ragu itu ibarat abu-abu dalam berkeyakinan dengan menyatakan bahwa semua agama itu sama (inilah pemikiran liberal, yang hilang ruh ashobiyahnya pada kebenaran agama Islam).
Beruntunglah apabila kita memiliki kepribadian dengan ciri-ciri tersebut diatas karena kita akan dianggap dan diterima sebagai bagian penduduk kampung itu. Namun rugilah mereka yang tidak memiliki ciri karakter tersebut. Namun jangan berputus asa, selama kita mau memperbaiki diri dan bertaubah maka Allah swt maha penyayang dan maha pengampun.
Karena itu, selagi kita sedang di dunia maka perbanyaklah bekal agar saat kita mudik nanti bisa membawa bekal yang banyak dan diterima oleh-Nya. Dan bekal terbaik untuk pulang kampung akhirat kita adalah taqwa
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya (bekal) untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.al-Hasyr:18)
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Marilah sejak sekarang persiapkan bekal terbaik untuk persiapan mudik kita kelak. Mudik kita yang tidak akan pernah bisa kembali lagi, mudik untuk selamanya dan sebenar-benarnya mudik yaitu kampung akhirat. Pastikan kita aman dan selamat sampai saat mudik di kampung tujuan kita dan bisa diterima oleh para penduduknya dengan penuh kebahagiaan, itulah kampung idaman yaitu Surga.
Semoga kita bisa kembali mudik ke kampung tempat asal yang benar dan tidak salah jalan. Semoga kita termasuk orang yang sukses selama berada di persinggahan ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang mudik (‘ied = ‘aada, ya’uudu, ‘audan = kembali) yaitu kembali ke asal fitrah kita. Semoga amal-amal kita diterima oleh-Nya. Minal ‘aidzin wal faa idziin wal maqbuulin. Kullu ‘aamin wa antum bi khair. Aamiiin….(ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang