Kanal24, Malang – Konflik Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade telah menjadi isu kemanusiaan yang memicu respon global, hal ini menjadi bukti bahwa rasa kepedulian masih erat termasuk dari kalangan mahasiswa. Mahasiswa dikenal sebagai kelompok yang memiliki peran penting dalam berbagai gerakan sosial, kepedulian mereka terhadap Palestina menggambarkan semangat solidaritas dan perjuangan terhadap ketidakadilan yang terjadi di Palestina.
Untuk menginisiasi semangat kepedulian terhadap Palestina, Hilmi, salah seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya mulai menyuarakan berbagai gerakan untuk membela Palestina melalui kelompok UB Student for Justice in Palestine (UB SJP).
SJP merupakan sebuah gerakan yang berjalan secara masif dengan lingkup global, gerakan ini telah berdiri di 220 negara dan Universitas Brawijaya menjadi salah satu inisiator yang ada di Kota Malang.
“Kami ingin memantik kepedulian mahasiswa UB dan ingin menyadarkan masyarakat sekitar untuk semakin berani menyuarakan kebenaran dan keadilan terhadap Palestina,” tutur Hilmi kepada Kanal24 (14/5/2024)
Ia dan sahabatnya Gaza, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UB menggunakan branding SJP agar gerakan kepeduliannya lebih mudah terdengar tidak hanya dalam lingkup nasional, namun juga lingkup internasional.
“Kami mulai menginisiasi beberapa kampanye seperti diskusi publik yang bertujuan untuk mengajak lebih banyak teman-teman di luar dan harapannya mereka dapat diajak untuk menjadi volunteer di UB SJP ini,” ucap Hilmi
Untuk memperlebar ruang lingkupnya, UB SJP telah memulai kolaborasi dengan komunitas lari UB dan berencana untuk membuat gerakan bersama. Hilmi bersama UB SJP juga tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak lain.
“Kami membuka pintu kolaborasi seluas-luasnya untuk teman komunitas, lembaga, pers mahasiswa, dan seluruh civitas akademika dalam rangka meluaskan ajakan. Karena tidak dipungkiri bahwa belum tentu suara UB SJP ini terdengar ke telinga seluruh mahasiswa UB,” terang mahasiswa angkatan 2022 ini.
Menurutnya menumbuhkan kesadaran ini penting karena masih banyak masyarakat yang memiliki kesalahan persepsi. Oleh karena itu UB SJP berupaya untuk menyamakan persepsi bahwa isu Palestina ini adalah isu kemanusiaan yang penting untuk dibicarakan. Begitu banyak korban mulai dari orang tua, ibu-ibu, dan anak-anak yang seharusnya mendapatkan kehidupan yang layak.
Ia menyimpulkan bahwa gerakan-gerakan kepedulian mahasiswa yang selama ini telah berjalan masih terpecah belah dan tidak terfokus, maka dari itu Hilmi ingin agar semua lembaga yang telah memiliki kepedulian ini lebih terintegrasi.
“Kami berharap agar lebih banyak partisipasi dari masyarakat luar, terlebih lagi kepedulian dari civitas akademika UB. agar gerakan yang kami inisiasi ini tidak hanya bergerak secara horizontal antar mahasiswa, namun juga bergerak ke atas dengan menggandeng tokoh-tokoh penting Universitas Brawijaya,” harap Hilmi.(fan/lun)