KANAL24, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) kembali mencatatkan tren positifnya pada awal pekan ini. Meski dibuka melemah di level 6.056, IHSG kemudian berbalik arah dan terus menguat hingga perdagangan sesi Ini berakhir. IHSGmenguat 0,74 persen menjadi 6.101 dengan capaian tertinggi di level 6.108 dan terendah 6.054 sepanjang perdagangan hari ini, Senin (27/5).
Sebanyak 222 emiten mendukung penguatan IHSG , 144 emiten melemah dan 129 emiten stagnan. Sebanyak sembilan sektor juga mendukung penguatan IHSG dan satu sektor lainnya melemah. Sektor yang menguat tertinggi terjadi pada sektor infrastruktur sebesar 1,50 persen menjadi 1.137.
Dilanjutkan sektor industri dasar menguat 1,44 persen menjadi 732, sektor keuangan menguat 0,86 persen ke level 1.234, sektor properti 0,86 persen menjadi 450, sektor manufaktur menguat 0,52 persen menjadi 1.468 dan sektor perkebunan menguat 0,36 persen menjadi 1.378.
Kemudian sektor konsumer menguat 0,30 persen menjadi 2.399, sektor pertambangan menguat 0,80 persen menjadi 1.650 dan sektor perdagangan menguat 0,15 persen menjadi 793. Sementara satu sektor yang melemah adalah aneka industri yang terkoreksi sebesar 0,12 persen ke level 1.234.
Adapun emiten-emiten yang bergerak paling aktif adalah
BMRI dengan mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp185,18 miliar,
SSMS Rp69,82 miliar,
BRPT Rp56,44 miliar,
MYRX Rp41,36 miliar dan
UNTR Rp22,01 miliar.
Sementara itu emiten yang terkuat versi Kompas100 adalah
RALS (8,14 persen),
TINS (7,44 persen),
INKP (7,29 persen),
DMAS (6,67 persen), dan
ESSA (6,67 persen).
Selanjutnya emiten yang stagnan nilai sahamnya adalah SILO, BRPT, BEST, TOPS, dan BTPN
Sementara emiten yang terkoreksi paling dalam adalah BNLI (-2,45 persen), TOWR (-1,48 persen), SSMS (-0,99 persen), SSIA(-0,85 persen), LPPF (-0,79 persen).
Dari catatan market statistik, investor asing dominan melakukan aksi beli bersih (nett buy) sebesar Rp205,97 miliar dengan volume 751.194 lembar saham.
Adapun saham yang paling banyak dibidik asing adalah BBCA senilai Rp141,6 miliar atau sebanyak 5 juta lembar saham.
Kemudian BBRI sebesar Rp277,9 miliar sebanyak 70,8 juta lembar saham dan BMRI Rp185,2 miliar sebanyak 24,3 juta lembar saham. (sdk)