KANAL24, Jakarta – Jumlah perusahaan digital yang masuk dalam kategori decacorns (perusahaan berbasis IT dengan valuasi USD10 miliar) di Indonesia diyakini bakal bertambah. Saat ini ada dua perusahaan lokal yang masuk dalam level tersebut, yakni GoJek dan Tokopedia. Dalam satu hingga dua tahun ke depan diperkirakan ada lebih dari dua perusahaan yang berpotensi menyusul sebagai decacorns .
Hal itu disampaikan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi yang dirilis di Jakarta, Minggu (2/6/2019)
Dia mengatakan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, ekonomi digital akan tumbuh pesat. Sebanyak tujuh unicorn di ASEAN, empat di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Bukalapak, GoJek, Tokopedia, dan Traveloka. Bahkan Gojek dan Tokopedia sudah setingkat di atas unicorn (perusahaan berbasis IT dengan nilai valuasi sebesar USD1 miliar).
“Itulah mengapa kami yakin industri 4.0 akan memperkuat kebijakan ekonomi inklusif karena berdasar pada kolaborasi antara industri besar dengan industri kecil dan menengah (IKM). Kami ucapkan terima kasih kepada Nikkei, kemarin CEO GoJek mendapat penghargaan inovasi ekonomi dan bisnis. GoJek dan Tokopedia bahkan sudah menjadi decacorns saat ini,” kata Airlangga.
Airlangga menuturkan, perusahaan startup dan tech-wizard tersebut berkontribusi hingga USD10 miliar terhadap perekonomian. Dia menyakini masih ada potensi untuk terus ditingkatkan lagi hingga USD150 miliar pada 2025.
“Untuk mencapai target ini, pemerintah terus mendorong agar dapat menciptakan lebih banyak lagi unicorns atau decacorns ,” katanya.
Airlangga mengungkapkan, Indonesia memiliki kelebihan solid demographic bonus , sehingga platform e-commerce s aat ini telah menyaingi toko konvensional. Bukalapak dan lainnya memiliki lima juta vendor, masyarakat yang mengunjungi situs itu sekitar 30 juta. Penjualannya sekitar USD4.000 per tahun.
Meski saat ini industri manufaktur Indonesia menitikberatkan pada digital, namun dengan berbagai regulasi yang dikeluarkan, pemerintah berusaha menyeimbangkan industri yang lebih tradisional atau konvensional dengan yang berteknologi tinggi, karena harmoni antara keduanya sudah berjalan cukup lama.
“Saya tegaskan, Indonesia hari ini berbeda dengan 10 tahun lalu. Saat itu, kami bergantung pada ekspor komoditas, namun lima tahun terakhir, Indonesia fokus pada ekspor sektor manufaktur yang bernilai tambah tinggi,” katanya. (sdk)