Kanal24, Malang – Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) asal Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya, telah berhasil menciptakan inovasi baru dengan mengolah limbah kulit siwalan. Tim Believer yang beranggotakan Fadia Amalina, Bachren Azra, Arfani, Marshanda Keysa Putri, dan Darmawan Chandra Siswanto telah membuat inovasi Bioactive Composite Hydrogel dengan pemanfaatan kitosan ekstrak kulit siwalan (borassus flabellifer).
Fadia Amalina selaku ketua tim PKM Believer menjelaskan bahwa latar belakang timnya membuat penemuan ini adalah adanya data yang menunjukkan bahwa sebanyak 88.8% penduduk Indonesia saat ini mengalami karies gigi.
Karies gigi merupakan kondisi dimana lapisan keras di luar gigi terkikis oleh bakteri yang memproduksi asam yang menyebabkan lubang kecil pada gigi dan dapat merusak jaringan gigi yang lebih dalam apabila tidak ditangani dengan segera. Oleh karena itu, Fadia dan tim mencoba melakukan riset untuk menemukan terobosan baru dan menghasilkan inovasi dengan memanfaatkan ekstrak kulit siwalan.
Berdasar penjelasan Bachren Azra, salah satu tim penelitian Believer, pemilihan kulit siwalan sebagai bahan dasar untuk ekstrak kitosan adalah kandungan kitosan pada kulit siwalan dua kali lebih banyak daripada yang dibuat dari industri.
“Kitosan di kulit siwalan ini setelah diteliti memiliki kandungan dua kali lebih banyak dibanding yang ditemukan pada kulit udang atau kulit kepiting, sehingga potensi antibakterial yang dimiliki oleh kulit siwalan lebih besar,” ujar Bachren.
Bachren dan tim telah melakukan penelitian selama dua bulan terhitung sejak tanggal 1 Mei 2024. Dimulai dengan preparasi ekstrak kulit siwalan, sintesis dan karakterisasi kitosan, sintesis dan karakterisasi nanopartikel kitosan, formulasi bioactive composite hydrogel ekstrak nano kitosan, hingga evaluasi mutu material dilakukan hingga 2 Juli 2024.
Berdasar hasil penelitian dan hasil tes pada hewan uji, tim Believer menyimpulkan bahwa bioactive composite hydrogel ekstrak nano kitosan kulit siwalan terbukti memenuhi standar keseluruhan evaluasi mutu material dan memiliki tingkat toksisitas yang rendah. Sehingga inovasi tersebut layak digunakan sebagai bahan pulp capping agent atau perawatan mempertahankan vitalitas pulpa pada tahap pulpitis reversible (peradangan pulpa tahap awal atau ringan).
“Setelah penelitian ini selesai, kami berencana untuk mengembangkan lebih lanjut produk yang kami miliki ini supaya dapat digunakan secara lebih luas, sebagai alternatif, dan juga memaksimalkan limbah siwalan yang selama ini belum diolah dengan maksimal. Terlebih lagi potensi pada kulit siwalan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi bahan-bahan kesehatan lainnya,” terang Bachren. (fan)