Kanal24, Malang – Pada Event Art Toys Festival (Artofest) yang digelar di Malang Town Square (Matos) mulai Senin – Minggu (22-28/07/2024) dipamerkan “Game Kajoe Tangan,” karya mahasiswa Desain Grafis Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (FV UB). Game ini merupakan sebuah permainan yang mengusung konsep nostalgia dengan latar belakang Kampung Kajoe Tangan yang legendaris di Malang.
Ghina Auliyah Savitri, kreator “Game Kajoe Tangan” yang juga mengembangkan teknologi Augmented Reality (AR), menjelaskan bahwa tujuan utama dari permainan ini adalah untuk mengajak pemain bereksplorasi sekaligus mengenang masa lalu yang kaya akan sejarah dan budaya.
“‘Game Kajoe Tangan’ berusaha menghidupkan kembali kenangan indah dari lokasi asli Kampung Kayu Tangan,” ujar Ghina. “Kami ingin pemain merasakan sensasi nostalgia yang autentik, sekaligus menikmati keindahan kampung tersebut dalam bentuk digital yang interaktif.”
Keunggulan utama dari “Game Kajoe Tangan” adalah pada mekanisme permainannya yang sederhana namun menarik. Pemain diharuskan mengumpulkan poin dengan cara berkeliling di area permainan yang telah ditentukan. Ghina menjelaskan bahwa permainan ini tidak hanya mengandalkan kemampuan pemain dalam bermain, tetapi juga faktor keberuntungan.
Ghina melanjutkan penjelasannya tentang cara bermain “Game Kajoe Tangan.” “Pemain akan berinteraksi dengan beberapa tempat bermain maksimal yang telah kami siapkan. Mereka harus mengocok dadu, dan jika berhasil menunjukkan angka 6, mereka bisa mendapatkan nasib baik atau nasib buruk,” tuturnya.
Selain itu, terdapat 10 lokasi spot yang bisa dijelajahi oleh pemain. “Di setiap spot, pemain bisa mendapatkan ‘rel card’ atau ‘common card’ yang akan memberi mereka satu atau dua poin,” tambah Ghina. “Ini memberikan unsur kejutan dan keseruan dalam permainan.”
“Game Kajoe Tangan” tidak hanya debut di Artofest 2024. Ghina mengungkapkan bahwa karya ini sebelumnya telah dipamerkan di Brawijaya Internasional serta telah diperkenalkan kepada asosiasi seni di Malang. “Kami sangat bangga bisa menunjukkan karya kami di hadapan komunitas yang lebih luas,” kata Ghina.
Antusiasme pengunjung di hari pertama Artofest 2024 terlihat sangat tinggi. Banyak pengunjung yang tertarik mencoba “Game Kajoe Tangan” dan memberikan respon positif. Mereka mengapresiasi konsep unik yang menggabungkan teknologi AR dengan cerita lokal yang kaya akan nilai sejarah.
Artofest 2024 tidak hanya menjadi ajang pameran seni dan teknologi, tetapi juga menjadi tempat bagi para kreator untuk memperkenalkan inovasi mereka kepada masyarakat luas. Dengan adanya “Game Kajoe Tangan,” diharapkan lebih banyak karya kreatif dari Malang dapat dikenal dan diapresiasi oleh khalayak yang lebih luas.
Dengan hadirnya “Game Kajoe Tangan” di Artocest 2024, Ghina Auliyah Savitri berhasil menunjukkan bagaimana teknologi bisa digunakan untuk menjaga dan mengenang warisan budaya lokal. Artofest 2024 di Matos tidak hanya sekedar festival, tetapi juga sebuah perjalanan waktu yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini melalui inovasi dan kreativitas. (una/nid)