Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan global terkait ketersediaan air dan perubahan iklim melalui inovasi teknologi di bidang irigasi pertanian. Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, M.S., Ketua Peneliti dari UB, menjelaskan inovasi ini pada acara Temu Lapang Penelitian Kerjasama Internasional sekaligus panen raya hasil inovasi “Drip Irrigation and Mulch Film Technology Testing in Indonesia’s Paddy Field Cultivation“, yang dilaksanakan pada Senin (29/7/2024), di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Jatimulyo.
Teknologi ini, dikenal sebagai sistem irigasi tetes dan mulsa, dirancang untuk menghemat penggunaan air hingga 80%. Prof. Agus menjelaskan bahwa teknologi ini sangat bermanfaat bagi optimalisasi lahan-lahan pertanian di Indonesia yang di beberapa daerah memiliki keterbatasan dari segi sumber daya air. Dengan adanya teknologi ini, diharapkan persoalan keterbatasan air dapat teratasi, dan produktivitas pertanian dapat meningkat secara signifikan.
Prof. Agus menambahkan bahwa teknologi mulsa dan irigasi tetes ini merupakan yang pertama di Indonesia dan telah diujicobakan pada tanaman padi. “Teknologi ini memungkinkan kita untuk melakukan budidaya tanaman padi dengan hemat air. Dengan sistem irigasi tetes, kita bisa menghemat air hingga 80%. Pada umumnya, 1 kilogram beras konvensional memerlukan sekitar 5000 liter air, namun dengan teknologi ini, hanya diperlukan sekitar 2000 liter air. Ini adalah penghematan yang sangat signifikan,” ungkap Prof. Agus.
Meskipun pada awalnya teknologi ini mungkin terasa berat atau mahal karena memerlukan investasi pada plastik dan pipa irigasi, namun alat-alat ini bisa digunakan hingga 2-3 kali, sehingga investasi awal dapat lebih murah dalam jangka panjang. Penelitian ini menunjukkan kelebihan teknologi irigasi baru ini dibandingkan dengan metode konvensional, seperti peningkatan produksi hingga 20% dan efisiensi penggunaan air yang lebih baik.
Teknologi ini juga memungkinkan intensitas tanam yang lebih tinggi, terutama di musim kemarau, sehingga masalah kekurangan air atau kompetisi penggunaan air antara pertanian, industri, dan rumah tangga dapat diatasi. “Dengan teknologi ini, kita bisa melakukan tanam dua hingga tiga kali dalam setahun, bahkan pada musim kemarau. Ini adalah solusi yang sangat penting dalam menghadapi kompetisi penggunaan air untuk berbagai kebutuhan,” tambah Prof. Agus.
Hasil sementara dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem irigasi tetes dan mulsa tidak hanya menjaga kelembaban tanah dan kejenuhan air, tetapi juga meningkatkan produksi padi. Adanya mulsa juga membantu dalam mengurangi penyakit tanaman dan meningkatkan fotosintesis melalui pantulan cahaya. Semua faktor ini berkontribusi pada peningkatan produksi padi yang signifikan.
Sementara itu Prof. Dr. Ir. Imam Santoso MP, Wakil Rektor Bidang Akademik UB, memberikan apresiasi kepada tim peneliti UB atas inovasi teknologi mereka yang dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan sumber daya irigasi yang terbatas.
“Kami menghargai dan mengapresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim peneliti yang luar biasa ini. Mereka telah melakukan riset dan menghasilkan inovasi berkaitan dengan irigasi yang dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan sumber daya irigasi yang terbatas. Teknologi ini sangat relevan dengan tantangan global di mana perubahan iklim memberikan dampak signifikan bagi ketersediaan air, termasuk irigasi pertanian. Melalui teknologi ini, kita bisa mengoptimalkan lahan pada kondisi keterbatasan ketersediaan irigasi dan melakukan efisiensi penggunaan air,” ujar Prof. Imam.
Inovasi teknologi irigasi yang dikembangkan oleh Universitas Brawijaya ini diharapkan dapat diterapkan secara luas di seluruh Indonesia, memberikan solusi bagi para petani dalam menghadapi tantangan keterbatasan air dan perubahan iklim. Dengan demikian, pertanian padi di Indonesia dapat terus meningkat dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. (nid/skn)
Comments 1