Kanal24, Malang – Wakil Gubernur Jawa Timur, H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc., Ph.D., menyampaikan pentingnya peran kampus dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila kepada mahasiswa, khususnya di era digital yang penuh dengan tantangan ideologis dan perbedaan pendapat. Hal ini disampaikan saat wawancara eksklusif bersama Kanal24 setelah ia mengisi materi dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) pada hari Selasa (13/08/2024).
Emil Dardak menekankan bahwa Pancasila bukan sekadar simbol yang harus diterima begitu saja oleh generasi muda, melainkan harus benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. “Profil Pemuda Pancasila ini di kalangan generasi muda saat ini sering diasumsikan sudah otomatis diamalkan. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak situasi di mana kita mudah terjebak dalam perpecahan akibat perbedaan pendapat,” ujarnya.
Emil menambahkan bahwa perbedaan pendapat yang tidak disikapi dengan bijak bisa menjadi benih perpecahan. “Misalnya, ketika kita berbeda pendapat, kita bersikap kasar kepada orang yang berbeda pandangan dengan kita. Ini adalah benih-benih yang bisa meruncingkan perbedaan kita, yang seharusnya dihadapi dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Jadi, bagaimana kita menjaga persatuan nasionalisme, kita harus demokratis, dan kita harus belajar mengamalkan nilai-nilai Pancasila, terutama di masa muda saat kita masih dalam proses menjadi dewasa.”
Dalam konteks ini, Emil Dardak menegaskan pentingnya peran kampus sebagai tempat menempa karakter mahasiswa. Ia menyebutkan bahwa kampus harus didesain sedemikian rupa untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila benar-benar terinternalisasi, bukan hanya dipatuhi secara formalitas.
“Kampus bisa membangun prinsip toleransi, baik dalam hal keberagaman agama maupun budaya. Misalnya, di pemerintah ada forum kerukunan umat beragama dan forum pembauran kebangsaan. Di kampus seperti Universitas Brawijaya, yang mahasiswanya berasal dari berbagai wilayah Indonesia bahkan dari luar negeri, ini menjadi sangat penting,” jelas Emil.
Wakil Gubernur juga mengingatkan akan pentingnya program Asrama Mahasiswa Nusantara yang dulu didorong oleh Presiden Jokowi bersama dirinya saat menjadi Gubernur. Program ini, menurut Emil, bertujuan untuk membawa mahasiswa dari berbagai latar belakang agar saling mengenal dan membangun kebersamaan.
“Di asrama mahasiswa nusantara ini, mahasiswa dari berbagai daerah diharapkan bisa saling mengenal lebih dekat. Ini adalah salah satu cara untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, khususnya di kampus-kampus idaman seperti Brawijaya.”
Mengakhiri wawancaranya, Emil Dardak menyampaikan harapan besarnya kepada mahasiswa baru Universitas Brawijaya dalam mewujudkan gerakan revolusi mental. Menurutnya, revolusi mental yang diinisiasi oleh Presiden Jokowi pada tahun 2014 harus dimulai dari kampus. “Revolusi mental itu tentang dua hal utama: etos kerja dan budi pekerti. Di negara-negara lain, mungkin budi pekerti tidak terlalu ditonjolkan, tetapi justru hal-hal sederhana seperti kejujuran dan keteraturan menjadi fondasi yang kuat,” katanya.
Emil menambahkan, etos kerja dan budi pekerti ini harus dilatih sejak dini, termasuk di lingkungan kampus. Ia menekankan pentingnya kegiatan yang melibatkan kerja sama tim sebagai sarana untuk melatih budi pekerti dan etos kerja. “Kegiatan kelompok atau regu akan melatih kalian untuk mencapai garis finish bersama-sama, bukan secara individualis. Ini adalah latihan penting bagi generasi yang akan menjadi tumpuan bangsa di masa depan.”
Emil Dardak juga memberikan pesan khusus kepada mahasiswa baru Universitas Brawijaya: “Masa depan memang penuh tantangan, tetapi kalian adalah generasi yang akan menjadi tumpuan bangsa. Percayalah bahwa dengan semangat dan kerja keras, kalian semua bisa menghadapi tantangan masa depan dengan baik.” (nid/sil)