Persoalan koperasi bukanlah semata persoalan bisnis. Persoalan bisnis bukanlah sekedar masalah ekonomi. Keyakinan bahwa koperasi dan bisnis sebatas perihal ekonomi merupakan upaya reduksi dan simplifikasi yang berlebihan. Apalagi jika uang dijadikan bingkai dalam gerak koperasi dan bisnis pada umumnya. Sebagian dianggap sebagai keseluruhan, kompleksitas terabaikan demi partikularitas. Itulah kerabunan yang terawat senantiasa.
Kerabunan inilah yang menjadi sebab koperasi digunakan sebagai instrumen ekonomi semata. Logika dan kalkulasi ekonomi menjadi dominan dalam pengambilan keputusan. Rasional instrumental mengalahkan secara telak rasional evaluatif yang seharusnya diemban. Nilai, Prinsip dan Jatidiri Koperasi dibungkam dalam ikhtiar mencari keuntungan. Dalam kondisi ini, koperasi hanya ber-dimensi tunggal, yaitu dimensi ekonomi. Padahal, keuntungan material/finansial hanyalah instrumen bagi pencapaian kesejahteraan bersama. Keuntungan ekonomi bukanlah tujuan akhir koperasi.
Salah satu sebab dari kerabunan itu adalah pemahaman dan kesadaran kritis dari ko-operator mengenai koperasi yang masih belum utuh dan belum benar. Kesadaran kritis mereka belum terbentuk secara utuh untuk membumikan Nilai, Prinsip dan Jatidiri Koperasi dalam perilaku ber-koperasi. Nilai, Prinsip dan Jatidiri dibiarkan kedinginan, ditinggalkan dan tidak dijadikan pedoman dalam kebijakan serta tindakan. Koperasi menjadi kehilangan semangat perjuangan dan malah melahirkan rangkaian akumulasi kekayaan.
Kesadaran kritis yang belum utuh, membuat motif mereka dalam ber-koperasi juga salah. Seringkali, ber-koperasi hanya dimaknai sebagai upaya untuk menjamin keamanan diri, survivalitas yang cenderung bersifat individualis dan egosentris. Motif-motif seperti ini hanya akan merapuhkan koperasi sekaligus menjauhkan koperasi dari nilai, prinsip dan jati dirinya. Karena keyakinan bahwa keasadaran kritis ini perlu dan penting, maka Koperasi Mondragon membuat rangkaian program bagi calon anggota untuk membentuk kesadaran kritis mereka. Koperasi Mondragon meyakini bahwa anggota koperasi bukan semata perihal syarat administratif.
Pemahaman koperasi perlu diradikalisasi. Dalam makna, pemahaman tentang koperasi mesti sampai menyentuh pada “akar-akar”-nya, termasuk juga akar ideologis yang menaunginya. Jebakan pragmatisme yang menjadikan koperasi semata sebagai instrumen ekonomi yang melulu perihal kalkulus ekonomi adalah kesalahan. Masalah koperasi saat ini bukan semata masalah ekonomi yang bisa serta-merta dituntaskan dengan teori dan logika ekonomi. Radikalisasi Koperasi memang sebuah kebutuhan!
SUBAGYO
Dosen FE Universitas Negeri Malang