Kanal24, Malang – Kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin mendesak, terutama dalam menjaga ekosistem laut yang kian terancam. Salah satu spesies yang sangat terdampak adalah penyu, hewan laut yang kini populasinya menurun drastis akibat aktivitas manusia.
Konservasi penyu menjadi langkah krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, sekaligus memperkuat upaya global dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Pentingnya menjaga kelangsungan hidup penyu ini mendorong berbagai inisiatif, termasuk aksi nyata dari kalangan mahasiswa yang berperan aktif dalam upaya konservasi.
Akhir Agustus lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya mengadakan program kerja bertajuk Conserve: Conservation Operation for Nature, Sustainability, and Environmental Vitality. Kegiatan ini merupakan salah satu program unggulan dari Kementerian Sosial Masyarakat BEM FIA UB 2024, dengan fokus pada konservasi lingkungan. Bertempat di Pantai Bajulmati, Malang, program ini menggabungkan edukasi lingkungan melalui sekolah alam dan pelepasan penyu ke habitat aslinya.
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 (5/9/2024) dijelaskan bahwa BEM FIA UB berkolaborasi dengan BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) serta Himpunan Mahasiswa Program Studi Biologi Perairan (HMPBP) FPIK UB. Kegiatan ini juga melibatkan Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), sebuah organisasi yang berdedikasi dalam upaya pelestarian penyu. Sebanyak 196 penyu berhasil dilepasliarkan ke laut, dengan kontribusi Conserve berupa pendanaan untuk satu sarang penyu.
Tientus, Humas BSTC, menjelaskan dalam acara sekolah alam mengenai pentingnya konservasi penyu, cara merawatnya, hingga teknik penanaman mangrove.
“Penyu merupakan indikator kesehatan laut, menjaga mereka berarti melestarikan ekosistem laut secara keseluruhan,” tutur Tientus saat memaparkan materi di depan peserta.
Diskusi tersebut diwarnai antusiasme peserta yang bertanya lebih lanjut tentang langkah-langkah konservasi yang dapat mereka lakukan.
Setelah sesi edukasi, peserta diajak melihat langsung fasilitas yang ada di BSTC, mulai dari area perawatan penyu, penetasan telur, hingga makam penyu yang telah mati. Sebelum pelepasan penyu, Tientus memberikan pengarahan agar proses pelepasliaran berjalan lancar dan penyu dapat kembali ke laut dengan aman.
Najhan Adzikra, Ketua Pelaksana Conserve, menegaskan pentingnya program ini bagi kesadaran mahasiswa Universitas Brawijaya. “Semoga dengan adanya program ini, mahasiswa lebih peduli terhadap lingkungan, khususnya ekosistem perairan laut,” ujarnya.
Peserta yang terlibat berjumlah 60 orang, terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas seperti FIA, FPIK, dan FEB.
Selain pelepasan penyu, program ini juga mencakup penanaman mangrove sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekosistem pantai. Kolaborasi tiga lembaga dari Universitas Brawijaya ini menunjukkan komitmen nyata dalam menjaga lingkungan.
“Konservasi ini adalah langkah awal yang penting. Lewat kegiatan ini, kami berharap semakin banyak mahasiswa yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, terutama ekosistem laut,” tambah Najhan.
Konservasi penyu ini menjadi bukti bahwa gerakan peduli lingkungan bisa dimulai dari kalangan mahasiswa, dan diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya.(din)