Cinta itu memang unik dan aneh bahasa cinta pun demikian tak kalah anehnya yang kadang melampaui daripada realitas (beyond reality). Lihatlah ungkapan orang-orang yang sedang dimabuk cinta, seringkali ia melampaui realitas sebenarnya, yang orang lain menyebutnya lebay hiperbolis, berbunga-bunga. Terlebih apabila cinta itu teruntuk seseorang yang sangat mulia, sangat terhormat, sangat Agung, yang tidak hanya manusia mencintainya bahkan malaikat dan Tuhan pun sangat mencintai dan memujinya, maka tentu ungkapan cinta padanya itu dari seorang pencinta yang sedang dimabuk cinta pasti akan melampaui batas kewajaran bahasa manusia biasa sehingga bahkan tak jarang bagi mereka yang tidak memahami dan merasakan cinta akan menganggapnya hal itu sangat berlebihan, kesalahan besar, bahkan syirik.
ﺃﺷﺮﻕ ﺍﻟﺒﺪﺭ ﻋﻠﻴﻨﺎ ، ﻓﺎﺧﺘﻔﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺒﺪﻭﺭ
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, Pudarlah purnama purnama lainnya.
ﻣﺜﻞ ﺣﺴﻨﻚ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ، ﻗﻂ ﻳﺎ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ
Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu wahai orang yang berwajah riang.
ﺃﻧﺖ ﺷﻤﺲ ﺃﻧﺖ ﺑﺪﺭ ، ﺃﻧﺖ ﻧﻮﺭ ﻓﻮﻕ ﻧﻮﺭ
Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya
ﺃﻧﺖ ﺇﮐﺴﻴﺮ ﻭﻏﺎﻟﻲ ، ﺃﻧﺖ ﻣﺼﺒﺎﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ
Engkau bagaikan emas murni yang mahal harganya, Engkaulah pelita hati.
ﻳﺎ ﺣﺒﻴﺒﯽ ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻳﺎﻋﺮﻭﺱ ﺍﻟﺨﺎﻓﻘﻴﻦ
Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat (sedunia)
ﻳﺎ ﻣﺆﻳﺪ ﻳﺎﻣﻤﺠﺪ ، ﻳﺎ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﺒﻠﺘﻴﻦ
Wahai Nabi yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai Nabi yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat.
ﻣﻦ ﺭﺃﯼ ﻭﺟﻬﻚ ﻳﺴﻌﺪ ، ﻳﺎﮔﺮﻳﻢ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ
Siapapun yang melihat wajahmu pasti berbahagia, wahai orang yang mulia kedua orang tuanya
Bahasa Cinta adalah bahasa hati bahasa orang yang sedang dimabuk Rindu untuk berjumpa dan membersamai. Cinta kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah cinta manusia atas manusia Agung nan mulia. Seorang manusia yang bukan seperti manusia. Karena dia adalah makhluk Termulia seluruh jagat raya, yang kalau tanpa-nya takkan ada kehidupan dan semesta ini, yang dengannya tercipta manusia. Maka ungkapan cinta padanya tentu melampaui kewajaran ungkapan bahasa kemanusiaan.
Syair-syair yang ditulis dalam shalawat nabi di berbagai kitab-kitab sholawat adalah ungkapan cinta dari seorang hamba sahaya kepada tuannya, atas nama cinta dan kerinduan karena dalam diri sang Tuan ada kemuliaan yang agung, ada kesempurnaan fisik dan perilaku, ada keteladanan yang patut untuk ditiru.
Bait-bait syair dalam sholawat adalah wujud ungkapan sang perindu untuk bisa bertemu dan membersamai, sekalipun secara fisik tak mampu berjumpa, namun kalimat demi kalimat, bait demi bait dalam syair diharapkan mampu mengungkapkan rasa hati atas sang kekasih, sehingga sangatlah wajar jika goresan bait-bait itu melampaui batas kewajaran bagi mereka-mereka yang tidak merasakan rasa cinta.
Karena cinta adalah rasa, dan rasa inilah yang menghidupkan hati, sehingga kalimat yang tercipta dan muncul adalah kalimat penuh cinta penuh rasa, melampaui dari sekadar kalimat rasional akal fikiran. Sehingga sangatlah naif manakala ada orang yang menyalahkan setiap rangkaian kalimat syair yang keluar dari diri para pencinta. Tapi ketahuilah bahwa bagi para pencinta itu bebas mempergunakan kalimat apa saja sebagai wujud cinta untuk dia yang dicintai nya, karena cinta itu buta dan membutakan.
Lalu, apakah salah jika seorang pencinta mengatakan, “engkau sekuntum bunga, engkau cahaya diatas cahaya, wajahmu ibarat rembulan yang menyinari, selamat datang wahai Rembulan, selamat bersinar wahai mentariku, dan sebagainya. Ketahuilah bahwa semua kalimat-kalimat ini bernada puitis sebagai ungkapan rasa cinta atas dia yang dicintai.
Hanya para pencinta yang sanggup merangkai bait-bait indah bagi mereka yang dicintai, karena cinta itu memang buta, karena cinta itu indah menawan dan menghidupkan hati, sehingga ungkapan rasa cintapun terkadang buta dan melampaui (beyond). Namun bagi mereka yang tidak memiliki cinta dan tidak merasakan getaran cinta maka kalimat-kalimat Indah nan puitis takkan pernah hadir dan terwujud dalam lintasan pikiran. Karena dirinya gersang dari cinta, maka mata air yang menyemburkan dan melahirkan kalimat-kalimat indah cinta takkan pernah akan hadir dalam bait-bait syair cinta sebab cintanya telah mati dan menjauh darinya.
Engkau mentariku yang menyinari kegelapan, engkau penyejuk Mata hatiku yang menyembuhkan dahagaku. Selamat mengungkapkan rasa cinta kepada dia yang memang layak Dicinta. Aku cinta padamu yaa nabi dan cintai aku wahai nabi. Syafaati lah aku, Kurindu berjumpa denganmu, Datanglah dalam mimpiku.
Semoga diri kita dipenuhi oleh rasa cinta dan mencinta sepenuh hati pada dia yang layak dicinta. Yaa Nabi Yaa Rasulullah. Semoga kita mendapatkan syafaat darinya kelak. Aamiiin..
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan Motivator