Kanal24, Malang – Hepatitis B adalah salah satu penyakit serius yang dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya, terutama tanpa pengetahuan dan tindakan pencegahan yang memadai. Minimnya informasi mengenai penyakit ini bisa meningkatkan risiko penularan di masyarakat. Oleh sebab itu, peningkatan pengetahuan tentang Hepatitis B pada ibu hamil sangat penting sebagai langkah preventif. Di Kabupaten Malang, khususnya Desa Gondanglegi, belum ada upaya komprehensif untuk meningkatkan kewaspadaan terkait bahaya Hepatitis B.
Sebagai bagian dari pengabdian masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) menggelar program penyuluhan kesehatan bertajuk Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil dan Pasutri Usia Produktif Terhadap Penyakit Hepatitis B di Wilayah Gondanglegi Kabupaten Malang. Kegiatan ini dilaksanakan pada 18 Juli dan 14 September 2024, bertempat di Balai Desa Sepanjang, Kecamatan Gondanglegi.
“Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat menjadi inisiasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan pasutri usia produktif terhadap penyakit Hepatitis B, sehingga nantinya bisa menjadi dasar tindakan lebih lanjut untuk mengatasi penyakit ini, khususnya di Desa Gondanglegi Kabupaten Malang,” ujar Dr. dr. Supriono, SpPD, KGEH, Ketua Pelaksana program ini dalam keterangan yang diterima Kanal24 (20/9/2024).
Program ini terdiri dari dua sesi seminar yang ditujukan untuk memantau tingkat pemahaman peserta melalui pre-test dan post-test. Sasaran kegiatan adalah ibu hamil dan pasangan usia produktif. Pengetahuan peserta dikatakan meningkat jika terdapat peningkatan lebih dari 50% pada hasil post-test dibandingkan pre-test.
Respon masyarakat dalam kegiatan ini sangat positif. Peserta yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi, terbukti dari keaktifan mereka selama diskusi interaktif. Banyak peserta yang berpartisipasi dalam tanya jawab dan berbagi pengalaman terkait kesehatan selama seminar berlangsung. “Kami sangat senang dengan kegiatan ini karena memberikan pengetahuan baru tentang Hepatitis B. Banyak yang tidak tahu sebelumnya bagaimana bahayanya penyakit ini, terutama bagi ibu hamil,” ungkap salah satu peserta.
Menurut Dr. dr. Supriono, interaksi yang terjadi selama penyuluhan merupakan indikator bahwa masyarakat tertarik untuk belajar lebih banyak tentang pencegahan penyakit. “Respon peserta sangat baik, mereka aktif berdiskusi dan ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan besar akan pengetahuan terkait Hepatitis B di kalangan masyarakat.”
Salah satu hasil dari program ini adalah terciptanya alur rujukan yang jelas bagi kelompok berisiko tinggi terinfeksi Hepatitis B. Alur ini dibentuk melalui kerjasama dengan berbagai fasilitas kesehatan, baik instansi pemerintah maupun swasta, untuk memfasilitasi penanganan lebih lanjut bagi masyarakat yang teridentifikasi memiliki risiko tinggi.
“Melalui kerjasama dengan puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya, kami berharap peserta yang berisiko bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat. Output ini diharapkan dapat memperkuat sistem rujukan di daerah, sehingga penanganan Hepatitis B bisa dilakukan secara lebih cepat dan efisien,” tambah Dr. Supriono.
Dengan peningkatan pengetahuan yang signifikan serta kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan setempat, program ini menjadi langkah awal dalam upaya menekan penyebaran Hepatitis B di wilayah Gondanglegi. Tim pelaksana, yang terdiri dari para dokter spesialis seperti Dr. dr. Bogie Pratomo W, SpPD, KGEH, Dr. dr. Syifa Mustika, SpPD, KGEH, dr. Mochamad Fachrureza, SpPD, serta mahasiswa PPDS dan fellow, berharap program ini dapat menjadi contoh pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah lain.(din)