Kanal24 – Debut Baim Wong sebagai sutradara dalam film Lembayung menjadi salah satu karya yang dinantikan oleh penikmat film horor di Indonesia. Diadaptasi dari utas horor viral berjudul Jin Poli Gigi yang ditulis oleh Pica (@saturnrushx), film ini sukses menghadirkan cerita mencekam dengan atmosfer suram yang menghantui sepanjang durasinya. Dengan alur maju-mundur serta plot twist yang menantang, Lembayung memberikan pengalaman menonton penuh teka-teki bagi penontonnya.
Kekuatan Flashback dan Plot Maju-Mundur
Salah satu elemen penting yang membentuk narasi Lembayung adalah penggunaan teknik flashback secara masif. Teknik ini memungkinkan penonton untuk melihat masa lalu yang berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa di masa kini. Flashback sering kali digunakan untuk memperkuat karakterisasi atau menyatukan elemen-elemen misteri yang tersebar di sepanjang film. Dalam kasus Lembayung, teknik ini menambah kedalaman cerita, tetapi di sisi lain juga berpotensi membuat penonton bingung.
Baim Wong sebagai sutradara cerdas dalam meramu alur maju-mundur ini. Ia memperkenalkan karakter-karakter dan konflik utama melalui potongan-potongan peristiwa masa lalu yang secara perlahan membuka lapisan misteri di klinik bernama Lembayung. Meski alur yang maju-mundur ini memberikan daya tarik tersendiri, ada beberapa bagian di mana kilas balik justru membuat penonton kehilangan arah, terutama ketika Baim menyelipkan petunjuk-petunjuk kecil yang mudah terlewat.
Namun, kekuatan besar film ini justru terletak pada kemampuannya membangun rasa penasaran. Setiap petunjuk yang diberikan melalui flashback memberikan detail baru yang membuat penonton berpikir keras. Bagian paling menarik adalah bagaimana film ini membawa penonton untuk mengikuti teka-teki seperti detektif, yang secara bertahap menguak misteri besar di balik teror yang terjadi di klinik tersebut.
Cerita Kengerian di Balik Poli Gigi
Film ini mengikuti kisah Pica (Yasamin Jasem) dan Arum (Taskya Namya), dua mahasiswa yang menjalani magang di unit poli gigi sebuah klinik pinggiran Yogyakarta. Namun, bukan magang biasa yang mereka jalani. Kehadiran pasien misterius berambut panjang memulai serangkaian peristiwa horor di klinik tersebut. Mulai dari kematian pegawai yang tidak wajar hingga fenomena-fenomena aneh yang terus menghantui keduanya, teror di klinik Lembayung semakin hari semakin intens.
Plot berkembang ketika masa lalu kelam dari klinik tersebut mulai terbongkar melalui adegan flashback. Klinik Lembayung pernah mengalami tragedi besar yang menyebabkan kematian beberapa orang dan sempat ditutup. Namun, kisah ini tidak hanya berhenti di masa lalu. Baim Wong secara perlahan membuka lapisan-lapisan cerita hingga akhirnya misteri di balik sosok hantu Tantri (Anna Jobling) menjadi semakin jelas.
Yang menarik, Lembayung bukan hanya sekadar menyuguhkan jumpscare atau adegan-adegan mengejutkan khas film horor. Atmosfer mencekam tercipta dari set klinik yang gelap dan suram, di mana ruangan-ruangan diatur sedemikian rupa hingga menciptakan aura misterius yang mempengaruhi psikologis penonton. Palet warna yang kelam dan nuansa sinematografi yang penuh bayangan menambah sensasi horor yang nyata.
Penampilan Aktor dan Eksekusi Visual
Tak hanya dari segi cerita, penampilan para aktor dalam film ini juga patut diacungi jempol. Yasamin Jasem dan Taskya Namya sebagai dua tokoh utama berhasil menampilkan emosi yang terasa natural, membuat penonton ikut merasakan ketakutan yang mereka alami. Interaksi keduanya sebagai Pica dan Arum terasa kuat, seolah mereka benar-benar bersahabat dan berbagi pengalaman traumatis di tengah teror.
Penampilan para aktor pendukung seperti Arya Saloka, Oka Antara, dan Wulan Guritno juga memberikan warna tersendiri dalam film ini. Namun, yang paling mencuri perhatian adalah Anna Jobling sebagai hantu Tantri. Alih-alih menjadi entitas horor yang hanya muncul dalam sekilas kilatan, sosok Tantri mendapatkan porsi layar yang signifikan. Senyuman dingin dan tatapan matanya di ruang poli gigi mampu memancing ketakutan yang dalam, membuat penonton merasakan kehadirannya bahkan ketika ia tidak muncul.
Adegan-adegan thriller yang disajikan dalam film ini juga dieksekusi dengan baik. Meski tidak banyak adegan gore, ketika adegan tersebut muncul, Baim mampu menghadirkannya dengan visual yang cukup mengerikan tanpa terasa berlebihan. Penggunaan efek visual yang tidak berlebihan tetapi efektif, membuat momen-momen tertentu terasa menegangkan.
Pisau Bermata Dua dari Flashback
Meskipun teknik flashback yang digunakan cukup efektif dalam membangun misteri, ada kalanya teknik ini terasa kurang terarah. Beberapa penonton mungkin merasa kehilangan fokus ketika terlalu banyak berpindah-pindah antara masa lalu dan masa kini. Pada titik ini, kilas balik justru menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membantu memberikan konteks tambahan bagi cerita, tetapi di sisi lain, ia juga memperlambat ritme dan mengaburkan apa yang sebenarnya menjadi fokus utama film.
Meski demikian, Lembayung tetap mampu memberikan pengalaman horor yang segar, terutama dengan plot twist yang tak terduga di akhir film. Penonton yang sudah mengikuti cerita dengan cermat akan merasakan kepuasan ketika semua teka-teki terjawab dengan cara yang mengejutkan.
Sebagai film debut, Lembayung adalah langkah awal yang solid bagi Baim Wong sebagai sutradara. Film ini berhasil memadukan elemen-elemen horor tradisional dengan narasi penuh misteri dan teka-teki yang menarik. Meski ada beberapa kekurangan dalam eksekusi alur maju-mundur, secara keseluruhan, Lembayung tetap menjadi sajian horor yang layak ditonton.
Dengan atmosfer yang mencekam, visual yang menawan, serta akting solid dari para pemainnya, film ini mampu memberikan pengalaman horor yang tak mudah dilupakan. Lembayung adalah salah satu film yang tak hanya bermain di permukaan dengan adegan-adegan mengejutkan, tetapi juga berhasil mengeksplorasi kedalaman cerita melalui misteri dan flashback yang kompleks. (nid/che)