Kanal24, Malang – Daniel Pradito Bonardo Napitu, mahasiswa Institut Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (ITP UB) angkatan 2020, tidak hanya sibuk dengan kegiatan akademis seperti menyelesaikan skripsi, tetapi juga mengejar karier di dunia musik yang telah lama menjadi passion-nya. Dalam wawancara, Daniel berbagi tentang perjalanan hidupnya dalam dunia musik serta tantangan dan pencapaian yang ia alami.
Perjalanan musik Daniel dimulai sejak ia masih duduk di kelas 1 SD. Keinginannya untuk bergabung dalam paduan suara bersama kakaknya menjadi motivasi awal, meskipun pada saat itu ia mengalami kegagalan ketika tidak diterima dalam audisi. “Aku jadi orang terakhir yang ada di ruang audisi dan dari situ aku malah benci sama musik, apalagi bernyanyi,” kenangnya.
Namun, titik balik datang saat Daniel kelas 3 SD, ketika ia diberi kesempatan untuk menyanyi di acara 17 Agustusan. “Sejak saat itu, aku coba nyanyi lagi dan kebanyakan sih nyanyinya di mobil kalau lagi jalan,” tambahnya. Kecintaan Daniel pada musik juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang kerap memutar lagu-lagu, serta aktivitasnya di gereja yang membantunya semakin dekat dengan musik.
Daniel telah meraih beberapa pencapaian besar dalam dunia musik, baik di tingkat sekolah maupun internasional. Salah satu prestasi yang paling berkesan baginya terjadi saat masih SMA. Bersama band sekolahnya, ia memenangkan lomba band di SMA Regina Pacis, Bogor. “Itu di luar kota dan ternyata kita menang, itu cukup membanggakan buatku,” ujarnya dengan bangga.
Tak hanya di SMA, ketika memasuki dunia perkuliahan, Daniel bersama Paduan Suara Mahasiswa (PSM) fakultasnya, Louis, meraih penghargaan internasional di Busan. “Kita dapat gold diploma untuk kategori folklor dan second prize untuk pop jazz. Itu merupakan salah satu penghargaan yang paling membanggakan,” jelas Daniel.
Namun, perjalanan karier Daniel juga diwarnai dengan berbagai kegagalan. Salah satu kegagalan yang masih membekas dalam ingatannya adalah saat ia tidak berhasil memenangkan Versi Minus 2024, sebuah kompetisi musik yang diselenggarakan awal September 2024. “Gimana caranya aku menghadapi kegagalan itu adalah dengan berdamai dan menerima kalau kita memang gagal. Kegagalan itu bukan hal yang negatif, tapi menjadi dorongan untuk jadi lebih baik,” jelasnya.
Daniel meyakini bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses untuk memanusiakan diri, serta kesempatan untuk berkembang dan memberikan yang terbaik di masa depan.
Bagi Daniel, mencintai musik dan passion di dalamnya adalah kunci utama dalam mengembangkan karier. “Kita harus suka dulu sama passion ini. Kadang passion itu kayak sudah ada di dalam diri kita tanpa alasan apapun. Tapi untuk mengembangkannya, kita harus benar-benar mencintainya,” kata Daniel.
Ia juga menambahkan, untuk terus berkembang dalam bidang yang diminati, seseorang perlu merasa nyaman dan percaya diri dengan passion tersebut. “Kalau kita merasa mampu dan percaya diri, kenapa tidak terus ditingkatkan?” tambahnya.
Salah satu impian terbesar Daniel yang belum tercapai adalah memiliki single lagu sendiri. “Aku lagi brainstorming sama teman-teman terdekat tentang gimana bikin lagunya, gimana nadanya, dan lain-lain,” ungkapnya. Saat ini, Daniel sedang berkolaborasi dengan orang-orang yang berkompeten di bidang musik untuk mewujudkan impian tersebut.
Selain itu, di tengah kesibukannya, Daniel berharap dapat segera menyelesaikan studinya. “Semoga aku bisa lulus tahun ini. Karena kewajiban mahasiswa adalah menuntaskan pendidikannya,” harapnya.
Daniel membagikan kalimat inspiratif yang ia pegang teguh dalam hidupnya: “Kita hidup cuma sekali, setidaknya sebelum mati kita punya legacy atau warisan yang bisa dikenang orang.” Ia menekankan pentingnya meninggalkan jejak yang berarti dalam hidup, karena menurutnya, manusia bisa mati dua kali: sekali ketika raga sudah tiada, dan kedua saat semua orang lupa akan keberadaan kita. (nid)