Kanal24, Malang – Dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2024, Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur menggelar talkshow hybrid bertajuk “Engaging Youth to Create a Better Urban Future: Youth Leading Climate and Local Action for Cities” di Universitas Brawijaya (UB) pada Rabu (09/10/2024).
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran serta peran pemuda dalam menghadapi perubahan iklim dan pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten di bidang perencanaan kota dan pengelolaan lingkungan, termasuk Prof. Dr. Ir. Surjono, M.T.P., Any Virgyani, S.T., M.T., Yuli Imawati, S.T., M.T., dan Prof. Dr. Khuasini, S.E., M.Si., M.A.
Dalam talkshow ini, Prof. Dr. Ir. Surjono, M.T.P., Guru Besar Perencanaan Wilayah dan Kota UB, memaparkan pandangannya mengenai perkembangan Kota Malang dan perencanaan yang sudah diterapkan sejak awal. “Kota Malang memiliki konsep tata kota yang dirancang dengan jalan poros dan lingkar luar (ring) yang telah ditata sedemikian rupa,” ujarnya. Prof. Surjono menjelaskan bahwa keberlanjutan lingkungan kota dapat terwujud jika konsep Green City dan Garden City dapat diimplementasikan dengan baik, dengan mengedepankan branding lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi kota. Lebih jauh lagi, Prof. Surjono menekankan pentingnya integrasi konsep smart city yang sudah mulai diterapkan di Malang untuk memastikan kelangsungan pengelolaan kota yang efektif.
Sementara itu, Any Virgyani, S.T., M.T., Kepala Satuan Kerja Wilayah II Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur, memfokuskan pembahasannya pada sanitasi lingkungan sehat sebagai bagian dari upaya menciptakan kota yang ramah lingkungan.
“Setiap kota dan permukiman akan menghasilkan limbah, baik dalam bentuk air maupun sampah padat. Rata-rata setiap individu menghasilkan sekitar 0,7 kg sampah per hari. Jika dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dan air limbah ini akan mengurangi risiko penyebaran penyakit di masyarakat,” ungkapnya.
Any menekankan pentingnya peran pemuda dalam membantu menjaga sanitasi lingkungan dengan mendukung program-program pemerintah dan berperan aktif dalam kegiatan pemilahan sampah serta pengolahan limbah di lingkungannya.
Selanjutnya, Yuli Imawati, S.T., M.T., Kepala Seksi Pelaksana Wilayah I BPPW Jawa Timur, membahas pentingnya pelestarian warisan budaya dalam pembangunan perkotaan. Yuli mengangkat studi kasus Benteng Pendem Ngawi sebagai contoh nyata pelestarian cagar budaya yang dikombinasikan dengan pembangunan kota.
“Pelestarian warisan budaya bukanlah hambatan bagi perkembangan kota, tetapi dapat menjadi bagian yang memperkuat nilai ekonomi dan sosial lingkungan sekitar. Kunci dari keberhasilan pelestarian cagar budaya ini adalah adanya peraturan yang mengatur tindakan pelestarian sesuai dengan UU Cagar Budaya dan peraturan terkait bangunan,” jelasnya.
Pada sesi Prof. Dr. Khuasini, S.E., M.Si., M.A., Direktur Sekolah Pascasarjana UB ini mengajak para pemuda untuk kreatif dalam menyusun ide-ide inovatif yang mendukung kota berkelanjutan. Ia menyoroti pengalaman pribadinya saat berkunjung ke negara-negara Skandinavia, di mana infrastruktur ramah lingkungan telah menjadi standar, termasuk penggunaan mobil listrik.
“Indonesia perlu mengembangkan infrastruktur yang sistematis dan memenuhi standar sertifikasi hijau, misalnya bangunan yang hemat energi serta kendaraan yang rendah emisi,” tambahnya.
Prof. Khuasini berharap agar pemerintah dan pihak-pihak terkait di Indonesia segera mengadopsi standar-standar pembangunan yang lebih hijau, terutama di sektor transportasi dan perumahan, agar sejalan dengan upaya global dalam menanggulangi perubahan iklim.
Melalui talkshow ini, diharapkan pemuda Indonesia dapat terinspirasi dan termotivasi untuk aktif berkontribusi dalam menciptakan kota yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan, sejalan dengan upaya global yang telah dimulai di berbagai belahan dunia. (nid)