Kanal24 – Fenomena menurunnya daya beli dan tabungan kelas menengah di Indonesia semakin nyata. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jumlah tabungan masyarakat dengan saldo di bawah 100 juta rupiah terus mengalami penurunan. Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa tabungan nasabah dari kalangan menengah ke atas, terutama mereka yang memiliki saldo di atas 5 miliar, justru bertambah.
Dilansir dari channel youtube satu persen (16/10/2024), pergeseran ini mengindikasikan adanya tekanan ekonomi yang besar bagi masyarakat kelas menengah. Meskipun kontribusi pajak dari kelas ini meningkat, sebagian besar kalangan tersebut kini dihadapkan pada kondisi yang rentan terhadap kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran masyarakat terutama untuk pajak dan hiburan melonjak hingga 4,5%. Ironisnya, di tengah naiknya kontribusi pajak kelas menengah, jumlah kelompok masyarakat tersebut justru menyusut.
Pada tahun 2019, terdapat sekitar 50 juta orang yang termasuk dalam kelas menengah di Indonesia. Kini, jumlah tersebut turun menjadi 47 juta, menunjukkan adanya penurunan hampir 10 juta orang dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang apakah kesejahteraan masyarakat Indonesia semakin baik, terutama di kalangan kelas menengah yang menjadi penopang ekonomi nasional.
Ekonom memaparkan bahwa salah satu penyebab utama kondisi ini adalah pendapatan yang tidak sebanding dengan pengeluaran. Bagi sebagian besar masyarakat kelas menengah, tabungan yang sebelumnya cukup besar kini semakin menipis. Pada masa pandemi COVID-19, masyarakat yang tidak bisa menghabiskan uang untuk hiburan dan kegiatan lainnya mampu menabung lebih banyak. Namun, kini tabungan tersebut kian terkuras, seiring dengan tingginya biaya hidup dan berbagai pengeluaran yang terus meningkat.
Situasi yang sulit ini tampaknya tidak begitu berdampak pada masyarakat dengan penghasilan lebih tinggi. Bagi mereka, promo kartu kredit dengan berbagai keuntungan, seperti point reward dan promo cashback, justru semakin melimpah. Banyak masyarakat menengah ke atas yang memanfaatkan promo-promo tersebut untuk travelling ke luar negeri dan menikmati program loyalty dari berbagai perbankan.
Bagi masyarakat kelas menengah yang ingin tetap bertahan dan mengatur keuangan mereka dengan lebih baik, pengelolaan keuangan menjadi hal yang krusial. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi menyiapkan dana darurat, memilih instrumen investasi yang tepat, serta memanfaatkan program-program promo dari perbankan secara bijak.
Dana darurat dapat ditempatkan di instrumen likuid seperti tabungan atau deposito, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu dalam kondisi mendesak. Salah satu opsi yang direkomendasikan adalah tabungan yang menawarkan bunga bersaing dan bebas biaya administrasi.
Di tengah tren investasi yang berkembang, kelas menengah juga disarankan untuk mulai mengalokasikan dana ke investasi yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang, seperti emas, saham, atau deposito dengan bunga kompetitif. Meskipun investasi di saham atau cryptocurrency masih bersifat fluktuatif, peluang keuntungan yang signifikan bisa didapatkan jika dilakukan dengan perencanaan matang.
Dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan ini, kelas menengah perlu lebih cermat dalam mengatur keuangan mereka. Dengan berbagai langkah strategis dan pemanfaatan layanan keuangan yang tepat, masyarakat diharapkan mampu menghadapi tekanan ekonomi dan mempertahankan stabilitas finansial di tengah guncangan ekonomi yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan. (nid)