Judul: Merah Putih Swasembada Pangan: Menghapus Ego Sektoral
Pengarang: Andi Amran Sulaiman, dkk.
Penerbit: IAARD Press
Tahun Terbit: 2018
Jumlah Halaman: 190 halaman
Buku “Merah Putih Swasembada Pangan: Menghapus Ego Sektoral” menawarkan wawasan mendalam tentang perjuangan swasembada pangan di Indonesia, khususnya selama masa kepemimpinan Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian. Dengan mengusung semangat gotong royong, buku ini menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga dan kementerian dalam mencapai kemandirian pangan. Tema sentralnya adalah penghapusan ego sektoral, di mana berbagai pihak diajak bekerja lintas sektor guna mencapai tujuan bersama, yaitu swasembada pangan dan kesejahteraan petani.
Buku ini merupakan catatan penting dari upaya Kementerian Pertanian dalam memperjuangkan swasembada pangan, termasuk dalam menangani berbagai tantangan besar. Tidak hanya menguraikan capaian teknis, buku ini juga memberikan perspektif tentang budaya kerja baru yang mengedepankan kolaborasi lintas institusi, pemerintah, dan sektor swasta.
Isi Buku
Dilansir dari website Pertanian, buku ini terdiri dari 5 bab utama yang secara runtut menguraikan langkah-langkah strategis Kementerian Pertanian dalam mendukung swasembada pangan. Setiap bab membawa pembaca pada perjalanan panjang dan kompleks yang harus ditempuh untuk mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
Bab 2: Perencanaan, Pembiayaan, dan Manajemen Pembangunan Pertanian
Bab ini menyoroti pentingnya perencanaan yang matang dalam pembangunan pertanian. Salah satu poin utama yang dibahas adalah penghapusan ego sektoral di lingkungan Kementerian Pertanian sendiri (intrasektoral), di mana sekat-sekat antar unit kerja dihapuskan. Pendekatan ini memungkinkan alokasi anggaran berdasarkan prioritas yang sesungguhnya, bukan hanya pemerataan formal. Inisiatif ini memperkuat sinergi di antara unit-unit kerja, memudahkan koordinasi dalam mencapai target swasembada.
Selain itu, bab ini juga menjelaskan bagaimana Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lain serta DPR dalam menyusun perencanaan pembangunan yang lebih terpadu. Prinsip manajemen kolaboratif ini menjadi landasan utama dalam pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program-program prioritas.
Bab 3: Kolaborasi dalam Program Upsus Pajale
Pada bab ini, dibahas secara rinci tentang pelaksanaan Upaya Khusus (Upsus) Pajale, yakni program peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. Kolaborasi dalam kerangka ini tidak hanya melibatkan Kementerian Pertanian, tetapi juga menggandeng berbagai pemangku kepentingan lainnya. Pembentukan kerangka kerja yang partisipatif dan implementasi program aksi yang konkrit menjadi salah satu fokus utama.
Dengan melibatkan masyarakat, petani, dan sektor swasta, pelaksanaan Upsus Pajale telah menghasilkan berbagai capaian positif dalam meningkatkan produksi pangan strategis Indonesia. Bab ini juga mengulas metode pendekatan yang berbasis hasil dan evaluasi yang terintegrasi.
Bab 4: Kolaborasi dalam Pembangunan Infrastruktur Irigasi
Bab ini menjelaskan bagaimana pemerintah, melalui kemitraan antar kementerian/lembaga dan DPR, berhasil mengintegrasikan program pembangunan infrastruktur irigasi. Sinergi ini menjadi langkah penting dalam mendukung keberhasilan swasembada pangan. Program pembangunan irigasi yang terpadu dan terencana memungkinkan lahan-lahan pertanian untuk mendapatkan akses air secara lebih efektif, yang pada gilirannya meningkatkan produksi pertanian.
Perencanaan yang melibatkan lintas sektor, termasuk kementerian terkait perdagangan dan distribusi, menjadi kunci dalam mengatasi hambatan dalam rantai pasok pangan nasional.
Bab 5: Kolaborasi dalam Stabilisasi Harga dan Distribusi
Pada bab ini, dijelaskan pentingnya kerjasama dalam menjaga stabilitas harga komoditas pangan. Distribusi yang merata dan pengelolaan pasokan yang efektif tidak dapat dilakukan hanya oleh satu kementerian saja, melainkan butuh peran serta dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog). Buku ini menguraikan bagaimana kolaborasi ini dijalankan untuk memastikan harga pangan tetap stabil di pasar, yang pada akhirnya dapat menyejahterakan petani dan masyarakat luas.
Bab 6: Pengawasan dalam Pembangunan
Bab terakhir mengulas pentingnya pengawasan dalam proses pembangunan pertanian. Pengawasan tidak hanya dilakukan untuk mencegah penyelewengan anggaran, tetapi juga untuk memastikan pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan mencapai target yang telah ditetapkan. Kolaborasi dalam bidang pengawasan melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga pengawas eksternal, yang menjamin akuntabilitas dan transparansi.
Epilog: Pelajaran dan Keberlanjutan
Bagian epilog buku ini menyajikan pembelajaran yang dapat diambil dari pengalaman kolaborasi lintas sektor dalam mencapai swasembada pangan. Perspektif keberlanjutan implementasi kerja sama antar lembaga juga menjadi poin penting yang dibahas. Kemandirian pangan tidak hanya menjadi target jangka pendek, tetapi juga harus dipertahankan secara konsisten melalui komitmen berkelanjutan.
Buku “Merah Putih Swasembada Pangan: Menghapus Ego Sektoral” merupakan dokumentasi yang berharga tentang bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat menjadi kekuatan dalam mencapai kedaulatan pangan. Dengan gaya penulisan yang komprehensif dan dilengkapi dengan foto serta infografis, buku ini mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan.
Buku ini tidak hanya penting bagi para pemangku kebijakan di sektor pertanian, tetapi juga menjadi referensi bagi generasi muda yang ingin memahami tantangan dan solusi dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia. Pembelajaran dari pengalaman Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman menjadi inspirasi dalam membangun kolaborasi yang lebih kuat di masa mendatang, demi kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. (nid)