Berlaku adil adalah perintah utama agama, ia adalah sebuah tindakan yang mendekatkan para pelakunya pada derajat taqwa. Keadilan adalah tujuan utama diturunkannya agama yaitu mewujudkan realitas yang sejajar di hadapan hukum. Dengan keadilan akan tercipta ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan bersama. Sehingga tidak ada rasa curiga dan prasangka negatif karena setiap orang merasa diperlakukan secara adil sebab hakim yang bertugas menegakkan hukum mampu berlaku profesional dan bersikap adil.
Disaat ketidakadilan tidak mampu diwujudkan maka kecurigaan, prasangka bahkan pertentangan dan kekacauan pasti akan terjadi. Sehingga dengan tegas Allah SWT menekankan pentingnya penegakan keadilan dalam semua realitas. Sebagaimana Firman-Nya:
۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl : 90)
Bahkan lebih tragis, hakim yang berlaku tidak adil diancam dengan neraka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Hakim itu ada tiga macam, (hanya) satu yang masuk surga, sementara dua (macam) hakim lainnya masuk neraka. Adapun yang masuk surga adalah seorang hakim yang mengetahui al haq (kebenaran) dan memutuskan perkara dengan kebenaran itu. Sementara hakim yang mengetahui kebenaran lalu berbuat zhalim (tidak adil) dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Dan seorang lagi, hakim yang memutuskan perkara (menvonis) karena ‘buta’ dan bodoh (hukum), maka ia (juga) masuk neraka” (HR Abu Dawud).
Seorang hakim yang berlaku tidak adil dalam memberikan penilaian dan putusan berarti dia telah berlaku dhalim kepada orang lain. Perbuatan dhalim yang dilakukan oleh para penegak keadilan hanya akan menghilangkan keberkahan dan mengundang kemurkaan Allah SWT sehingga Allah SWT dengan tegas mengharamkan perbuatan dhalim ini. Sebagaimana Allah berfirman pada hadits Qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku juga telah menjadikannya haram bagi kalian, maka janganlah kalian saling berbuat zalim.” (HR Muslim)
Sejatinya agama Islam sangat menekankan pentingnya profesionalisme dalam menegakkan keadilan bagi siapa saja, dimana saja, kapan saja dan kepada apa apa saja, termasuk baik dalam penetapan perkara maupun pula dalam sebuah kompetisi (musabaqah). Profesionalisme haruslah dijaga dengan cara berlaku adil, walaupun kadang keadilan perlu dipaksa dengan suatu sistem.
Demikian pula bahwa profesionalisme dapat diuji dengan meletakkan kepentingan umum sebagai tujuan utama dan menanggalkan kepentingan pribadi sekalipun terhadap mereka yang berlawanan dengan kepentingannya. Sehingga Allah SWT menegaskan dalam alquran agar jangan sampai kebencian seseorang atas suatu kelompok menjadikannya berlaku tidak adil dengan menetapkan sepihak yang menguntungkan kepentingan dirinya atau kelompoknya sendiri. Dalam hal ini Allah SWT menegaskan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maa’idah: 8)
Berlaku adil ibarat menempatkan diri pada posisi titik nol, yaitu bersikap netral dalam menilai dan memutuskan suatu persoalan. Pada titik nol inilah profesionalisme diuji, apakah lebih condong ke kanan atau ke kiri. Seorang penegak keadilan (hakim) yang mampu berdiri tegak pada titik nol dengan tetap menjaga kredibilitas diri untuk tidak memihak dan hanya berpihak pada keadilan maka itulah sejatinya profesional. Selamat berada di titik nol kepentingan untuk menegakkan keadilan sehingga terwujud profesionalisme kerja demi terciptanya ketenangan dan kedamaian bersama. Salam dari tanah titik nol nusantara.
Semoga Allah SWT membimbing setiap langkah kita dan memberikan keberkahan atas setiap usaha kita. Kemenangan sejati adalah jika kita mendapatkan ridho Allah SWT. Semoga Allah meridhoi kita. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan Motivator