Kanal24, Malang – Dalam beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan dengan sebuah unggahan yang menggugah kesadaran publik terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Unggahan ini viral di Instagram dan Twitter, memaparkan fakta mengejutkan tentang masih banyaknya siswa SMA di Indonesia yang kesulitan dalam kemampuan dasar, seperti membaca dan berhitung.
Masalah ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat, mengingat pentingnya kemampuan ini sebagai pondasi pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Ferry Irwandi dalam podcastnya yang ditayangkan awal Oktober 2024.
Postingan tersebut bukan sekadar opini; penulisnya telah melakukan penelitian intensif sejak 2019. Selama lima tahun, peneliti berkeliling dari Sabang hingga Merauke, mendatangi sekolah-sekolah di berbagai provinsi untuk melakukan observasi dan wawancara. Salah satu temuan utamanya adalah dampak kebijakan zonasi sekolah, yang rupanya memiliki konsekuensi negatif bagi siswa di beberapa daerah, termasuk Malang.
Zonasi di Malang: Pusat Sekolah Menengah di Satu Kecamatan
Dalam video yang diunggah peneliti di Instagram, digambarkan kondisi pendidikan di Kota Malang, di mana kebijakan zonasi telah mengakibatkan ketimpangan akses sekolah bagi siswa di luar pusat kota. Kota Malang memiliki sepuluh SMA negeri, namun delapan di antaranya terkonsentrasi di satu kecamatan saja. Di kecamatan lain, pilihan SMA negeri sangat terbatas, sehingga siswa di daerah pinggiran harus bersekolah jauh dari tempat tinggalnya atau memilih SMK yang lebih terjangkau.
Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kesulitan bagi siswa, tetapi juga bagi keluarga mereka yang harus menanggung biaya tambahan untuk transportasi atau akomodasi. Menurut peneliti, kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan zonasi yang bertujuan untuk pemerataan pendidikan justru menjadi beban bagi sebagian siswa dan orang tua.
Krisis Kemampuan Dasar dan Realitas Pendidikan
Selain masalah akses, peneliti juga menemukan bahwa banyak siswa yang duduk di bangku SMA belum menguasai kemampuan dasar seperti membaca dan berhitung. Data ini mencerminkan krisis pendidikan yang lebih mendalam, di mana sistem pengajaran tidak sepenuhnya efektif dalam memastikan penguasaan keterampilan dasar di tingkat sekolah dasar dan menengah. Sementara harapan awal dari kebijakan zonasi adalah untuk pemerataan kualitas pendidikan, fakta ini memperlihatkan bahwa banyak siswa yang tersendat dalam perkembangan akademik mereka.
Peneliti berencana untuk mempublikasikan rangkaian dokumentasi dari penelitiannya dalam bentuk video di kanal Malaka Project. Video tersebut akan membahas solusi-solusi yang dapat diambil, dari reformasi kurikulum hingga peningkatan kualitas pengajaran, untuk membantu meningkatkan keterampilan dasar siswa di berbagai daerah.
Memahami dan Mengatasi Masalah Sistemik
Kebijakan zonasi di Indonesia dirancang dengan tujuan baik untuk menciptakan pemerataan pendidikan, namun pelaksanaannya tidak selalu disertai dengan infrastruktur dan perencanaan tata kota yang memadai. Di Malang, perencanaan sekolah-sekolah menengah telah dilakukan jauh sebelum kebijakan zonasi diberlakukan, yang menyebabkan pusat sekolah negeri terkonsentrasi di area tertentu. Akibatnya, siswa di kecamatan yang tidak memiliki SMA negeri harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan akses pendidikan berkualitas.
Peneliti berharap bahwa publikasi hasil penelitiannya dapat menjadi bahan diskusi dan refleksi bersama bagi masyarakat dan pemerintah. Ia juga menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan fasilitas dan tenaga pengajar yang merata, agar tujuan mulia kebijakan zonasi tidak justru menjadi bumerang.
Kesadaran Kolektif untuk Perubahan Pendidikan
Viralnya unggahan ini menandakan bahwa banyak masyarakat yang peduli terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui rangkaian video yang akan diterbitkan, peneliti berharap dapat memperlihatkan lebih dalam mengenai tantangan pendidikan di daerah-daerah dan menawarkan alternatif solusi yang dapat diterapkan oleh pemerintah dan masyarakat. Peneliti berkomitmen untuk terus membagikan hasil penelitiannya agar masyarakat memiliki kesadaran yang lebih luas tentang pentingnya kualitas pendidikan dasar sebagai fondasi bagi generasi penerus bangsa. (nid)