Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) semakin serius dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapan para mahasiswa dalam menghadapi kondisi kegawatdaruratan. Pada Sabtu (02/11/2024), sebanyak 300 mahasiswa UB mengikuti pelatihan keselamatan kerja dan kegawatdaruratan yang meliputi penanggulangan kebakaran dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Pelatihan ini digelar di GOR Pertamina UB sebagai bagian dari program kerja Divisi Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) untuk menjadikan UB sebagai kampus yang peduli terhadap kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan.
Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P., M.Si., selaku Sekretaris Universitas Brawijaya, menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk memastikan bahwa setiap aktivitas akademik di UB memperhatikan aspek kegawatdaruratan.
“Kegiatan ini adalah langkah penting untuk membekali mahasiswa dan seluruh civitas akademika UB dengan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan dalam situasi darurat. Hal ini krusial agar insiden kebakaran atau kecelakaan tidak berkembang menjadi lebih buruk,” ungkapnya. Menurutnya, kewaspadaan adalah tanggung jawab bersama dan perlu disertai dengan kemampuan untuk menangani peralatan keselamatan dengan tepat.
Dr. Tri Wahyu juga menyatakan bahwa pelatihan ini telah dilakukan sebelumnya pada dosen dan tenaga pendidik, dan kali ini giliran mahasiswa yang menjadi peserta. “Alat keselamatan memang harus lengkap, namun jika sumber daya manusianya tidak mampu mengoperasikan alat tersebut, usaha ini akan percuma. Jadi, pelatihan ini bertujuan agar seluruh civitas akademika UB memiliki kemampuan dasar untuk bertindak dalam keadaan darurat,” tambahnya.
Di sisi lain, Kepala Layanan K3 UB, Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. MKes. IPU, ASEAN-ENG., menggarisbawahi pentingnya kesiapan mahasiswa sebagai user yang setiap tahun bertambah dengan jumlah besar. Menurut Prof. Qomariyatus, UB memiliki sekitar 16.000 mahasiswa baru setiap tahun, dan aktivitas mereka di lingkungan kampus otomatis menimbulkan risiko tertentu. Salah satu insiden yang sering terjadi adalah pingsan, terutama saat kegiatan berkerumun.
“Harapannya, pelatihan ini bisa membuat mahasiswa lebih siap dan sigap dalam memberikan pertolongan pertama. Tidak hanya berteriak, tapi tahu langkah konkret yang bisa dilakukan ketika melihat rekannya dalam kondisi darurat,” tuturnya.
Prof. Qomariyatus menjelaskan bahwa pelatihan ini meliputi dua aspek utama: penanganan kebakaran dan pertolongan pertama. Dalam aspek kebakaran, mahasiswa diajarkan untuk mengoperasikan alat pemadam api ringan (APAR) yang tersedia di gedung-gedung bertingkat di UB. Pelatihan ini juga melibatkan kerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Malang.
Diharapkan mahasiswa mampu menggunakan APAR dengan benar dan memahami fungsi alat-alat keselamatan lainnya seperti hidran dan sprinkler. UB sendiri telah memiliki dua mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan dalam kondisi darurat.
Tak hanya itu, pelatihan ini juga mencakup praktik pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Dengan latihan ini, mahasiswa diharapkan bisa memberikan pertolongan dasar saat terjadi kecelakaan, baik di dalam maupun di luar kampus. Program ini diperuntukkan tidak hanya bagi mahasiswa peserta pelatihan tetapi juga disosialisasikan kepada organisasi mahasiswa seperti BEM dan UMKM di setiap fakultas.
Pelatihan ini mendapat dukungan penuh dari pimpinan UB. Prof. Qomariyatus juga menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan persiapan untuk memenuhi standar akreditasi yang mengharuskan setiap fakultas memiliki perwakilan ahli K3.
“Setiap fakultas telah mengutus dua perwakilan, baik dosen maupun tenaga kependidikan, yang dilatih langsung oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Mereka menjadi duta K3 yang bertugas berkoordinasi dengan Divisi K3L pusat untuk memantau dan menilai kesiapan serta kelengkapan aspek keselamatan di fakultas masing-masing,” jelasnya.
Dengan diadakannya pelatihan ini, Universitas Brawijaya berharap seluruh civitas akademika memiliki pemahaman yang memadai mengenai kesehatan, keselamatan, dan keamanan lingkungan. Langkah ini juga bertujuan agar UB menjadi kampus yang tanggap terhadap segala potensi risiko dan bahaya, sekaligus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh warganya. Pelatihan K3 dan kegawatdaruratan ini diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan yang bermanfaat tidak hanya di kampus, tetapi juga di kehidupan sehari-hari. (nid/yor)