Kanal24, Malang – Kompetisi mahasiswa internasional Asean Virtual Student Opinion Competition (AviSOC) kembali digelar di Aula Gedung A, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya pada Selasa (05/11/2024). Kompetisi yang bertajuk “From Ideas to Action: Mobilizing Youth for SDGs Implementation in ASEAN” ini mengundang partisipasi mahasiswa se-Asia Tenggara untuk menyalurkan ide-ide mereka dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui karya opini dan poster.
Aulia Luqman Aziz, SS., S.Pd., M.Pd., ketua panitia penyelenggara AviSOC 2024, menyampaikan bahwa acara ini memasuki edisi keempat sejak dimulai pada tahun 2021, ketika masih diselenggarakan secara daring akibat pandemi COVID-19. “Alhamdulillah, sejak 2021, antusiasme terhadap AviSOC terus meningkat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara Asia Tenggara. Hampir setiap negara ASEAN pernah berpartisipasi, termasuk Malaysia, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam,” ujarnya.
Menurut Aulia, AviSOC bertujuan untuk melibatkan mahasiswa dalam diskusi publik yang lebih luas melalui opini akademik yang dikemas populer. “Kami ingin mengenalkan kepada mahasiswa tentang tulisan opini—ilmiah namun populer, dengan bahasa yang bisa dipahami masyarakat umum. Ini berbeda dari karya ilmiah murni karena kami ingin akademisi, termasuk mahasiswa, bisa memberikan analisis isu-isu terkini yang relevan dan menarik perhatian publik,” jelasnya.
Tahun ini, AviSOC mengundang peserta untuk berkompetisi dalam dua kategori: penulisan artikel opini dan pembuatan poster. Artikel opini yang diminta, meskipun singkat, harus mampu mengulas satu isu penting di negara masing-masing dengan pendekatan ilmiah yang dapat diterima oleh pembaca umum. Aulia menjelaskan bahwa kompetisi opini ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengisi “kekosongan suara” dalam masyarakat, yang kerap haus akan informasi dan analisis dari akademisi.
“Akademisi memiliki kemampuan untuk menyuarakan analisis atas isu-isu yang sedang hangat. Kami berharap mahasiswa bisa mewakili masyarakat dalam mengulas isu-isu tersebut dengan perspektif ilmiah namun tetap mudah dipahami,” tambahnya.
Sementara itu, kategori poster juga diadakan sebagai alternatif kreatif bagi mahasiswa ASEAN untuk mengekspresikan pandangan mereka secara visual. “Poster adalah media yang cukup populer, dan kami ingin menampilkan karya-karya visual mahasiswa yang akan dinikmati oleh khalayak ASEAN secara luas,” lanjut Aulia.
Tahun ini, AviSOC menerima sekitar 300 karya dari lima negara. Peserta datang dari berbagai institusi pendidikan, baik dari dalam maupun luar Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. “Kami menerima banyak sekali karya, dan ini menunjukkan minat mahasiswa ASEAN yang besar terhadap kompetisi ini,” ujar Aulia.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa karya-karya terbaik dari AviSOC sebelumnya telah dibukukan dan dibagikan secara gratis. Untuk AviSOC 2024, panitia sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk kembali mengkompilasi karya-karya terbaik menjadi sebuah buku. “Kami akan membicarakan ini dengan panitia, agar nantinya buku ini bisa dibagikan kepada akademisi maupun pemangku kepentingan di negara-negara ASEAN. Buku ini bisa menjadi wadah suara mahasiswa ASEAN terhadap isu-isu terkini,” ujarnya.
AviSOC mengusung format yang berbeda dengan tidak menetapkan tema khusus pada kategori opini. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih isu yang menarik minat mereka, baik dari bidang keilmuan mereka maupun dari bidang lainnya. Aulia menuturkan, “Kami membebaskan peserta mengangkat isu apapun, asalkan mereka mampu memberikan analisis yang ilmiah dan populer serta memberikan wawasan bagi para pembaca.”
AviSOC 2024 diharapkan menjadi ruang bagi mahasiswa ASEAN untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan dan mempererat kolaborasi di kawasan ini. Kompetisi ini juga berperan sebagai wadah yang memperkuat suara akademisi muda dalam memajukan ide-ide yang dapat berkontribusi pada pencapaian SDGs di Asia Tenggara. (nid/ela)