Kanal24, Malang – Bidang Wacana dan Pragmatik memiliki ruang lingkup yang sangat luas, terutama dalam penerapannya di bidang pengajaran dan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Jumadi, M.Pd., dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dalam acara Public Lecture bertema “Analisis Wacana Kritis: Perspektif Teoritis dan Metodologis.” Acara yang menjadi rangkaian Dies Natalis FIB UB ke-15 ini digelar di Aula Lantai 2 Gedung A, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) pada Senin (04/11/2024).
Jumadi, begitu ia akrab disapa, menjelaskan bahwa wacana kritis adalah pendekatan yang melihat adanya unsur ketidaksetaraan dalam teks. Oleh karena itu, analisis ini penting diterapkan baik dalam proses pembelajaran maupun dalam konteks sosial.
Lebih lanjut, Jumadi memaparkan bahwa terdapat empat sifat kritis dalam Analisis Wacana Kritis (AWK). Pertama, ilmu kritis harus bersifat reflektif, didasari oleh Mazhab Frankfurt. Kedua, memiliki landasan tradisi linguistik kritis. Ketiga, mengorganisasikan bahasa dalam kajian Halliday-an. Keempat, wacana tidak memiliki makna tanpa makna sosial, sehingga terdapat hubungan kuat antara linguistik dan struktur sosial.
“Keempat sifat ini menjadi dasar kritis dalam AWK, yang penting untuk implementasi baik di ruang kelas maupun dalam lingkup masyarakat,” jelas Jumadi.
Jumadi juga mengungkapkan rencana kerja sama antara ULM dan UB untuk mengimplementasikan AWK. Ia menegaskan bahwa tantangan ke depan adalah keberanian dalam menghadapi ketidakadilan, sehingga dapat menyuarakan aspirasi masyarakat. Ia berharap agar perkembangan AWK yang pesat ini dapat difokuskan pada tahap fungsional di Indonesia, bukan hanya pada aspek linguistik.
“Perkembangan AWK sangat pesat, namun di Indonesia masih berada pada tahap linguistik, padahal pada tahap fungsional AWK akan lebih bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Prof. Jumadi menekankan bahwa Analisis Wacana Kritis bukan sekadar kajian akademis, melainkan alat untuk mengupas ketidaksetaraan yang tersembunyi dalam teks dan realitas sosial. Dengan kemitraan antara Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Brawijaya, ia berharap pendekatan ini dapat diterapkan lebih luas, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam masyarakat.
“Kita membutuhkan keberanian untuk membawa wacana kritis ini ke tataran fungsional yang memberi manfaat bagi masyarakat,” tuturnya menggarisbawahi pentingnya AWK sebagai sarana untuk menyuarakan keadilan dan memberdayakan masyarakat di tengah tantangan sosial yang ada.(haq/din)