Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) bersama Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang membuka babak baru dalam pengembangan sektor kelautan pada Kamis (14/11/2024). Kerjasama ini menjadi salah satu wujud implementasi perjanjian bilateral antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan yang telah diinisiasi sejak pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Korea di masa lalu. Penandatanganan MoU ini tidak hanya menjadi simbol persahabatan kedua negara, tetapi juga memberikan fokus strategis pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang maritim.
Dr. Hansan Park dari MTCRC menyampaikan bahwa MoU ini merupakan puncak dari sejumlah diskusi dan pertemuan yang diadakan selama beberapa bulan terakhir. “Kami adalah organisasi riset antarpemerintah, sehingga setiap langkah perlu melewati proses formal, termasuk MoU dan perjanjian implementasi (IA). Hari ini, setelah melalui proses tersebut, kami dapat menandatangani MoU yang berfokus pada pengembangan kampus dan kolaborasi penelitian,” jelas Park.
Dalam kesepakatan ini, salah satu fokus utama adalah mendukung pembangunan dan pengembangan kampus Universitas Brawijaya sebagai pusat keunggulan di bidang kelautan. Beberapa program yang akan segera diluncurkan meliputi program pelatihan bagi mahasiswa dan staf pengajar UB, serta program pengawasan bersama di tingkat master.
“Kami berharap, melalui pelatihan dan kolaborasi penelitian, Universitas Brawijaya dapat berkontribusi lebih besar dalam pengembangan sektor maritim,” tambah Park.
Ivonne Milichristi Radjawane, M.Si., Ph.D., perwakilan dari Indonesia, menambahkan bahwa MTCRC telah aktif menjalin kerjasama dengan berbagai universitas dan lembaga terkait di Indonesia sejak tahun 2018. Selain itu, MTCRC juga mendukung berbagai program pemerintah, seperti sewage estate yang digalakkan oleh pemerintah pusat.
“MTCRC bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui penyediaan beasiswa, pelatihan teknis, dan pendidikan lanjutan. Tahun ini, kami memberikan beasiswa kepada 40 mahasiswa master di berbagai kampus mitra di Indonesia, serta beberapa mahasiswa doktoral yang dikirim ke Korea untuk melanjutkan studi,” ungkap Ivonne.
Ivonne juga menyebutkan bahwa MTCRC secara rutin mengadakan berbagai pelatihan teknis, seperti penggunaan drone untuk pemetaan laut dan pengolahan data pengukuran lapangan. “Peserta pelatihan tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan, yang diharapkan dapat meningkatkan keahlian mereka dalam pengelolaan data kelautan,” lanjutnya.
Program-program ini dirancang untuk memberikan transfer pengetahuan dan keterampilan praktis, sehingga lulusan pelatihan dapat langsung berkontribusi dalam proyek-proyek pengembangan maritim di Indonesia.
Dalam beberapa tahun ke depan, MTCRC menargetkan kontribusi yang lebih besar terhadap sektor kelautan Indonesia. Ivonne mengungkapkan bahwa institusi ini berharap dapat menjadi pusat data dan standar internasional dalam hal pengumpulan dan pengolahan data maritim. Data-data tersebut akan disediakan sebagai shared resources yang akan diakses oleh pemerintah Indonesia, BRIN, serta instansi terkait lainnya.
“Kami ingin terlibat dalam semua target yang telah dicanangkan pemerintah Indonesia, khususnya di sektor maritim yang menjadi bagian dari lima pilar ekonomi biru yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan,” tutup Ivonne.
Kerjasama antara Universitas Brawijaya dan MTCRC ini diharapkan dapat memperkuat sektor kelautan di Indonesia, sekaligus membuka peluang bagi mahasiswa dan peneliti untuk mengembangkan keahlian mereka di bidang ini.
Dengan adanya dukungan dari MTCRC, Universitas Brawijaya optimis untuk menjadi institusi unggul dalam bidang riset dan teknologi kelautan di tingkat nasional dan internasional. (nid/una)