KANAL24, Mekka – Jemaah haji Indonesia telah menyelesaikan rangkaian puncak ibadah haji, mulai wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah di jamarat, pada Rabu (14/08) kemarin. Jemaah haji asal Trenggalek yang tergabung dalam kloter 30 Surabaya (SUB 30) menjadi kelompok terakhir yang menyelesaikan lontar jumrah di jamarat.
Menurut Kepala Satuan Operasi Arafah Muzdalifah dan Mina (Kasatop Armuzna) Jaetul Muchlis, Kloter SUB 30 menyelesaikan lontar jumrahnya pada pukul 18.15 waktu Arab Saudi, untuk kemudian bergerak menuju pemondokan di Makkah.
“Saya Jaetul Muchlis, selaku Kepala Satuan Operasi Armuzna, pada hari ini tanggal 13 Zulhijjah 1440 H dengan seiring berakhirnya prosesi jumrah dari jemaah haji Indonesia dari kloter 30 Surabaya Kabupaten Trenggalek, maka saya nyatakan prosesi satuan operasi Armuzna selesai,” ujar Jaetul, dalam video laporan berakhirnya operasi, Rabu (14/08) petang kemarin.
Adapun menurut Kasatgas Mina Akhmad Jauhari, SUB 30 merupakan kelompok jemaah yang memilih untuk melakukan nafar tsani. “Ada sekitar 120 ribu jemaah yang memilih nafar awal, dan 90 ribuan yang memilih melakukan nafar tsani. Untuk jemaah nafar awal telah kembali ke pemondokan pada 12 Zulhijjah. Sementara untuk yang nafar tsani,kembali ke pemondokan di Makkah pada 13 Zulhijjah,” jelas Jauhari.
Sementara, berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pada hari ke-40 operasional haji jumlah jemaah wafat cenderung menurun dibandingkan hari yang sama pada lima tahun terakhir. Pada 2015 ada 397 jemaah wafat, 2016 ada 180 jemaah wafat, 2017 ada 327 jemaah wafat, dan di 2018 ada 177 jemaah wafat. Dan pada 2019 ini, ada 169 orang jemaah wafat pada hari ke-40 masa operasional haji.
Kepala Seksi Data dan Informasi Daerah Kerja Makkah Nurhanuddin menyampaikan, angka ini sedikit lebih besar dari jumlah jemaah wafat di hari yang sama pada 2014, yang berjumlah 166 orang. Namun jika dihitung proporsinya, lanjut Nurhan, prosentase jumlah jemaah wafat tahun ini tetap jauh lebih kecil dibanding tahun 2014. Sebab, kuota haji 2019 adalah yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Nurhan memaparkan pada tahun 2014 – 2016, jumlah kuota haji Indonesia hanya sebesar 168.800 orang karena adanya pemotongan kuota sebesar 20 persen. Di tahun 2017 & 2018, kuota haji telah kembali normal menjadi 211 ribu, dan memperoleh tambahan sebesar 10 ribu menjadi 221 ribu jemaah. “Pada 2019 ini, kuota bertambah lagi 10 ribu sehingga menjadi 231 ribu. Jadi kalau kita lihat proporsi jumlah jemaah yang wafat, pasti lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya,” tandas Nurhan.
Senada dengan Nurhan, Kasie Kesehatan Daker Makkah Imran menyatakan hal senada. Dari jumlah total 169 orang, 58 di antaranya wafat pada fase Armuzna (9 – 13 Zulhijjah 1440 H).
“30 orang di antaranya wafat di wilayah Armuzna. Sisanya, wafat di RSAS Makkah,” jelas Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah Imran.
Imran menuturkan, pada pelayanan kesehatan fase Armuzna tahun ini pun relatif tidak memiliki kendala. “Jumlah pasien yang dilayani di Poskes Arafah berjumlah 73 orang, kemudian dirujul 28 orang. Sementara jemaah yang dilayani di Poskes Mina berjumlah 348 orang, dan dirujuk ke RSAS sebanyak 71 orang,” tutur Imran. (sdk)