Kehidupan akhir zaman menuju hancurnya dunia akan banyak ditandai dengan huru-hara dan fitnah, kerusakan moral terjadi di mana-mana, orang-orang amanahnya akan terus di persekusi, orang-orang khianatnya akan diberi amanah, kemungkaran akan dianggap sebagai kebaikan dan kebenaran, sementara kebenaran (Al Haq) akan dianggap sebagai sebuah kemungkaran yang patut dijauhi bahkan di persekusi, serta Islam dan umatnya akan menjadi korban pertama dan utama untuk terus dihina, direndahkan dan dilecehkan serta menjadi umat yang tertuduh.
Jika kita membuka lembaran-lembaran hadis nabi tentang kondisi realitas akhir zaman, tentu kita tidak akan kaget, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah sangat jelas dan gamblang dalam menggambarkan tentang realitas yang demikian itu. Bahwa hari demi hari yang akan dilalui oleh ummat islam tidaklah semakin baik, namun akan semakin buruk. Islam dan umatnya akan menjadi bulan-bulanan dan dipermainkan oleh ummat lainnya serta ummat Islam akan kehilangan kewibawaannya. Semua itu tergambarkan dengan sangat jelas dalam berbagai hadis nabi berikut ini : Dari Zubair bin Adi ra, dia mengisahkan sebagai berikut:
أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنْ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kami mendatangai Anas bin Malik, lantas kami mengadukan ulah Hajjaj kepadanya. Maka dia pun berkata, “Bersabarlah kalian, tidaklah datang kepada kalian suatu zaman, melainkan zaman itu lebih buruk daripada zaman sekarang. Dan kondisi ini akan terus berlangsung hingga kalian semua bertemu Rabb kalian. Aku mendengarnya dari Nabi kalian.” (Al-Bukhari, Al-Fitan, hadits no. 7068)
Rasulullah Saw juga bersabda:
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang makan yang memperebutkan hidangannya.” Ada seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada hari itu?” Beliau menjawab, “Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada musuh kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad: 21891 dan Abu Daud: 4297)
Dalam realitas yang demikian hanya sebagian kecil saja dari kaum muslimin yang terus bertahan, rela dalam keadaan tertuduh, yaitu sebagai orang-orang yang dianggap pengacau, mereka difitnah sekalipun mereka tidak melakukannya, dan mereka terus bergerak untuk terus berjuang berdasarkan satu keyakinan, bahwa kebenaran sejati haruslah ditegakkan. Sementara kebanyakan kaum muslimin dan manusia lainnya berada dalam kegelapan fitnah dunia.
Mereka yang tertuduh adalah orang-orang yang istiqomah dalam menyuarakan kebenaran, sekalipun panah-panah musuh terus menghunjam dirinya karena bersuara lantang menolak kemungkaran, untuk membentengi umat dari kehancuran yang lebih besar. Mereka adalah orang-orang yang berani menghadapi siksaan, cemoohan, hinaan, bahkan mereka rela di persekusi, diusir, dijauhi dan dimusuhi oleh temannya sendiri, sesama kaum muslimin. Mereka adalah orang-orang yang lurus dalam menegakkan kebenaran dan syariat agamanya.
Mereka pun rela menjadi umat tertuduh dengan label-label negatif dan menakutkan yang disematkan pada dirinya oleh kalangan yang memusuhi dan membenci Islam, sementara sebagian ummat islam lainnya, tidak mau peduli atas nasib saudaranya yang lain, bahkan mereka ikut menari dalam irama genderang musuh dan rela serta bahagia manakala ikut menabuhnya pula, dengan menuduh saudara muslim lainnya dengan beragam sebutan misal antara lain : radikal, ekstrimis, teroris fundamentalis, intoleran dan lain sebagainya, namun semua itu dia hadapinya dengan sabar.
Sementara pada sebagian kalangan kaum muslim lainnya bahkan ada yang sibuk dengan urusan dunia, menumpuk pundi-pundi materi untuk diri dan kelompoknya, sehingga rela mendiamkan dan tidak peduli atas saudaranya yang terdhalimi namun bahkan berkasih sayang dengan kaum yang memusuhi saudaranya. Inilah penyakit kronis umat islam akhir zaman yang disebut oleh nabi dengan penyakit Wahn, suatu penyakit yang dapat melemahkan kewibawaan ummat Islam hingga hilang tiada sisa. Dan ummat islam akan menjadi kaum tertuduh serta bahan rebutan dan dikeroyok oleh semua bangsa dari semua sisi, baik oleh saudaranya sendiri maupun oleh ummat beragama lainnya.
Inilah fitnah terbesar yang dialami ummat islam akhir zaman. Mereka digambarkan oleh nabi sebagai kaum muslimin yang hanya bersedia mengucapkan salam dan menebarkan keselamatan pada sesama kelompoknya saja atau orang yang sepemikiran dengannya, sementara terhadap sesama kaum muslimin yang berbeda pemikiran maka mereka cuek, tidak menebarkan salam bahkan ikut menuduhnya dengan tuduhan fitnah yang menyakitkan. Benarlah sabda nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ عَيَّاشٍ الْعَامِرِيِّ عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ هِلَالٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُسَلِّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ لَا يُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلَّا لِلْمَعْرِفَةِ
Telah menceritakan kepada kami Abu An Nadlr telah menceritakan kepada kami Syarik dari ‘Ayyasy Al Amiri dari Al Aswad bin Hilal dari Ibnu Mas’ud ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari tanda-tanda hari kiamat adalah seseorang memberi salam kepada seseorang dan tidak memberi salam kecuali kepada yang dikenal.” (HR. Ahmad, no. 3655)
Menghadapi fitnah yang semakin menggulita ini maka yang harus dilakukan oleh kaum muslimin adalah tetaplah bersabar dan tambahlah kesabarannya. Sebagaimana Firman Allah swt :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Ali ‘Imran : 200)
Demikianlah, kesabaran adalah salah satu solusi menghadapi realitas akhir zaman. Sebagaimana sabda Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa salam:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَعْقُوبَ الطَّالَقَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا عُتْبَةُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ جَارِيَةَ اللَّخْمِيُّ عَنْ أَبِي أُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيِّ قَالَ أَتَيْتُ أَبَا ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيَّ فَقُلْتُ لَهُ كَيْفَ تَصْنَعُ بِهَذِهِ الْآيَةِ قَالَ أَيَّةُ آيَةٍ قُلْتُ قَوْلُهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ }. قَالَ أَمَا وَاللَّهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيرًا سَأَلْتُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَزَادَنِي غَيْرُ عُتْبَةَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنَّا أَوْ مِنْهُمْ قَالَ بَلْ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Ya’qub Ath Thalaqani telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami ‘Utbah bin Abu Hakim telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Jariyah Al Lakhmi dari Abu Umaiyah Asy Sya’bani ia berkata; Aku menemui Abu Tsa’labah Al Khusyani lalu aku berkata padanya; “Apa yang kamu perbuat dengan ayat ini?” ia bertanya; “Ayat yang mana?” Aku menjelaskan; Firman Allah Ta’ala Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. QS Al Ma`idah: 105, Abu Tsa’labah berkata; “Ingatlah, demi Allah, kamu bertanya dengan orang yang tahu, aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau menjawab: “Akan tetapi, perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran hingga kamu melihat kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, kehidupan dunia lebih diprioritaskan dan kekaguman setiap orang dengan pendapatnya, engkau harus (berpegangan) terhadap mata hatimu dan tinggalkan orang-orang awam, karena dibalik kalian akan ada suatu masa dimana kesabaran saat itu laksana memegang bara api, orang yang beramal saat itu sama seperti pahala limapuluh orang yang melakukan seperti amalan kalian.” Abdullah bin Al Mubarak berkata; Selain ‘Utbah menambahiku: Dikatakan; “Wahai Rasulullah, pahala limapuluh orang dari kami atau dari mereka?” Beliau menjawab: “Bahkan pahala limapuluh orang dari kalian.” (HR. Tirmidzi : 2984)
Sebagaimana disampaikan nabi tentang pentingnya kesabaran menghadapi fitnah tersebut, berkata Nu’man bin Basyir :”
“إنه لم يبق من الدنيا إلا بلاء وفتن فأعدوا للبلاء صبراً ”
Sesungguhnya tidaklah bersisa di dunia ini kecuali bencana dan fitnah-fitnah, maka siapkanlah untuk menghadapinya dengan bermodalkan sabar”.
Semoga kita kaum muslimin dapat diberikan kesabaran yang kuat dalam menghadapi berbagai ujian akhir zaman ini. Bersabar untuk tidak ikut mengikuti irama genderang musuh, serta bersabar dalam menghadapi beragam fitnah yang dituduhkan kepada kaum muslimin. Semoga Allah selalu melindungi kita. Aamiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar