KANAL24, Jakarta – Tujuan utama seseorang menjadi investor di pasar saham salah satunya adalah untuk mendapatkan cuan yang besar dari dana yang ditempatkan.
Namun karena rata-rata investor kurang memahami analisa teknikal dan fundamental, terutama pada investor pemula, tidak sedikit yang sulit mencari untung, bahkan malah sebaliknya buntung.
Nah, untuk menghindari hal tersebut ada beberapa tips yang bisa menjadi alternatif bagi investor pemula untuk bisa trading di pasar saham. Namun tentunya orientasinya harus dibangun bahwa menjadi investor tidak boleh hanya melulu mencari keuntungan saja. Perlu sedikit mengubah mindset agar jadi investor dapat berbagi pengetahuan dengan orang lain sehingga dapat terdorong menjadi investor juga.
Hal itu dikatakan oleh Founder Komunitas ARA Hunter, Hendra Martono, dalam seminar “Komunitas Investor Membangun Pasar Modal Indonesia” di tengah acara Capital Market Summit & Expo ( CMSE ) 2019, di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (24/8/2019).
Dikatakannya, untuk menjadi investor perlu menyisihkan waktu belajar lebih banyak tentang dunia saham. Terutama technical analisys dan fundamental analisys sebuah saham. Untuk belajar sendiri bisa melalui buku-buku atau melalui diskusi dan bahkan kepada investor yang sudah banyak “makan asam garam”.
Setelah mengetahui basis pasar saham, investor pemula bisa memulai untuk trading namun dengan tetap belajar dan aktif memonitor pergerakan saham yang dimilikinya. Agar tidak terjebak pada saham-saham gorengan, Hendra menyarankan agar investor pemula dapat memilih saham-saham yang memiliki capital market lebih dari Rp1 triliun. Sebab biasanya, kata Hendra, capital market yang di bawah nominal ini mudah dimainkan oleh para broker. Jika hal itu terjadi, cuan yang awalnya menjadi impian akan berakhir tragis.
“Saham gorengan cirinya market capnya kurang dari Rp1 triliun, jadi sangat rentan dimainkan. Cari dulu saham yang market capitalnya lebih besar dan tansaksinya lebih dari Rp10 miliar sebab naik turunnya jauh lebih terukur,” kata Hendra.
Tips selanjutnya adalah investor pemula harus menghindari membeli saham karena ikut-ikutan. Menurutnya banyak dari investor terutama yang pemula membeli sebuah saham karena meniru dari seseorang yang sudah ahli dan mengklaim mendapatkan benefit yang besar.
Padahal untuk memutuskan membeli sebuah saham harus punya dasar pengetahuan seluk beluk kinerja sahamnya terlebih dahulu. Hal ini kerap diabaikan oleh investor pemula karena ingin buru-buru mendapatkan keuntungan.
“Jangan beli saham karena ikut-ikutan, orang kaya itu beli saham itu. Kalau ini dilakukan bahaya. Lalu jangan buru-buru cari untung tapi layakkan diri dulu agar untung bisa cari Anda sendiri, nah ini belajar kuncinya,” pungkas dia.
Sementara itu Founder Komunitas Investor Saham Pemula, Firsca Devi Choirina, menambahkan pembelian sebuah saham “diharamkan” menggunakan dana hasil pinjaman. Pembelian saham idealnya menggunakan dana nganggur atau istilahnya uang dingin. Sebab hal ini akan membuat trader akan terhindar dari beban atau tekanan utang.
“Jangan utang sebab niatnya mau melipatgandakan tapi ternyata malah membebani. Itu salah, nggak bisa kita trading investasi dengan dana utang,” kata dia.
Lebih baik, lanjut Firsca, memupuk saham secara bertahap dan “sedikit demi sedikit”. Pasalnya saat ini sudah banyak tersedia sekuritas yang mau menerima top up saham hanya dengan nilai Rp100.000-an. Hal ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana untuk dapat “grab” saham perlu dana yang berlebih.
Selanjutnya tips lain adalah jangan terlalu berlebihan dalam membeli saham atau sampai menguras tabungan untuk kebutuhan harian. Hal ini justru dianggap akan menyulitkan diri sendiri. Sebab di saat butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan mendesak, di tabungan sudah tidak ada karena dibelanjakan saham seluruhnya.
“Investasi saham bisa pakai sistem nabung saham berkala dan disesuaikan kemampuan finansial. Jadi jangan over investing sebab kalau pasar pas lagi nggak bagus sementara kita butuh uang, ini bikin repot diri sendiri,” tukas Firsca.(sdk)