Kanal24, Malang – Napak Tilas Raden Wijaya, yang akan digelar Universitas Brawijaya untuk memperingati Dies Natalis ke-62 pada 4-5 Januari 2025, menghadirkan tantangan baru dengan kategori ultramarathon. Acara yang menggabungkan olahraga, sejarah, dan filantropi ini akan menempuh rute sejauh 70 kilometer dari Trowulan, Mojokerto, hingga Universitas Brawijaya, Malang, melalui Cangar.
Endah Purwatiningtyas Hadipranoto, salah satu pelari yang akan mengikuti ajang ini, menjelaskan perbedaan signifikan pada Napak Tilas tahun ini. “Kali ini ada tantangan ultramarathon untuk pelari yang ingin menantang diri mereka sendiri. Ada tiga kategori: full 70 kilometer untuk pelari individu, half 35 kilometer, dan relay khusus untuk tim,” ujar Endah.
Ia menjalaskan bahwa Ultramarathon, yang menempuh jarak di atas 42,195 kilometer, menawarkan tantangan fisik dan mental yang luar biasa. Kategori full dalam Napak Tilas ini menempuh 70 kilometer secara individu dari start hingga garis finis. Sementara itu, kategori half memungkinkan pelari untuk menempuh 35 kilometer. Bagi yang ingin mencoba tantangan secara tim, tersedia relay khusus, di mana setiap pelari dapat bergantian pada setiap water station.
“Relay ini memungkinkan peserta untuk istirahat di setiap water station, kemudian melanjutkan lari atau digantikan oleh pelari lain. Jika capek, peserta bisa menggunakan kendaraan support untuk mengisi tenaga sebelum lari lagi,” tambah alumni Fakultas Peternakan UB ini.
Total peserta Napak Tilas Raden Wijaya tahun 2025 ini mencapai 53 orang. Dari jumlah tersebut, 10 peserta akan berlari di kategori full 70 kilometer, 24 peserta di kategori half, dan sisanya adalah relay khusus.
“Yang penting adalah menjaga konsistensi latihan, pola makan sehat, dan istirahat yang cukup. Dengan persiapan yang baik, tantangan ini bisa diatasi,” ujar Endah, menekankan pentingnya kondisi fisik yang prima bagi semua peserta.
Endah berharap kegiatan Napak Tilas ini dapat menjadi acara rutin Universitas Brawijaya. “Saya ingin kegiatan ini menjadi ikon UB Ultra, yang bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk berpartisipasi, baik sebagai pelari maupun pendukung,” tutupnya.
Napak Tilas Raden Wijaya tidak hanya menjadi ajang olahraga dan tantangan pribadi, tetapi juga wujud nyata dedikasi Universitas Brawijaya dalam mendukung pendidikan inklusif bagi mahasiswa difabel. Dengan semangat yang diusung, acara ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi para peserta dan masyarakat luas.(din)