SAYA mengakui bahwa manusia itu pada galibnya adalah mahkluk zoon politicon manusia politik yang tidak bisa melepaskan dari kodrat itu dalam seluruh aspek kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi saya tidak ingin melebar dan panjangkan pembicaraan soal frasa politik, meski saja frasa itu ketika dibahas secara mendalam akan menjadi laksana mutiara yang menarik diri tiap pribadi untuk lari mendekat, ingin mendapatkan kepastian dukungan politik guna mengamankan agenda dan tujuannya baik sebagai manusia, mahluk organisasi, bahkan sebagai LEADER sekalipun.
Akan naif dan absurd bila manusia tidak bertindak politik dalam setiap aktifitas kehidupanya sehari-hari. Karena politik itu pada dasarnya hanya sebuah alat mencapai tujuan? Dan setiap insan tentu saja tiap detiknya memiliki tujuan yang ingin berhasil.
Pertanyaanya? Kita mau belajar menjadi mahkluk politik yang brutal tanpa sedikitpun berpikir sebagai seorang negarawan? Atau seperti apa, menurut pendapat Anda? Toh, sekali lagi itu hak azazi Anda! Dan mendapat jaminan hukum di negeri ini.
Hari-hari ini di pelataran bumi pertiwi, bumi yang kita cintai bersama, bumi yang merupakan tanah pusaka tempat kita dilahirkan bersama di sini. Kini sedang sedikit bertanya kepada kita para anak-anaknya, mengapa dan apa yang terjadi? Mau kita apakan ini ibu kita? Dan segudang pertanyaan lainnya!
Para putra putri ibu pertiwi, kini kayaknya lagi bersibuk ria menyuarakan kebenaran akan versinya masing-masing guna mewujudkan tujuannya. Faktanya itu tidak masalah menurut saya, karena jalan hidup untuk menata sebaga bangsa untuk era sekarang yaitu jalan “DEMOKRASI”. Namun sepertinya usia kita dalam praktik berdemokrasi jauh dikatakan dari USIA TUA yang penuh pengalaman serta bijakasana, baik sebagai warga pun juga sebagai pemimpin bangsa. Tapi tidak soal mari kita belajar bersama-sama.
Saya begitu paham dan sadar menjadi LEADER itu tidak akan pernah mudah, dan tidak akan pernah bisa menyenangkan semuanya terkait setiap keputusan yang diambilnya.
Pada titik ini, saya sebagai anak bangsa hanya bisa berdoa bagi pemimpin negeri ini, semoga hati, jiwa dan pikiranya selalu mendapatkan naungan Sang ILLAHI. Ketika merajut jalan dalam tiap jengkalnya saat menjadi duta kebaikan bagi IBU PERTIWI.
Sebagaimana adagium purba mengatakan begini, “selama kita masih hidup di dunia, tidak ada kesempurnaan yang abadi”. Tentu saja berbekal spirit ini, sebagai pribadi, yang dilahirkan juga ditanah pusaka ini, tidak akan tinggal diam dan rela bila ibu pertiwi ini mau dihancur leburkan.
Sebagai anak bangsa kita tanggalkan dahulu pemikiran kerdil, ingin maju sendiri, ingin pintar sendiri, ingin dianggap paling berjasa sendiri bagi negeri ini. Lupakan itu pemikiran atas nama kelompok dan pemikiran atas nama golongan yang tertancap begitu kuat di benak pikiran kita masing-masing. Mari kita beranikan sejenak untuk berpikir bertidak berbeda mau hidup menyatu dalam kebhinekaan yang menjadi watak dasar dan profile rumah besar kita bersama.????????????
Andi Agus Subroto Mahasiswa Program Doktor Manajemen SDM UB, 01 Oktober 2019
Bumi Pertiwi