Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Tidak diragukan lagi bahwa dzikir , atau mengulang-ulang kalimat Toyyibah, ayat-ayat Allah, akan memberikan dampak yang sangat positif, baik kepada diri pribadi, lingkungan, ataupun terhadap orang lain. Resonansi itu berupa cahaya yang menyinari terhadap segala sesuatu berinteraksi dengan dzikir-dzikir tersebut yang tak kasat mata, namun nyata dapat dirasakan berupa ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, perasaan lapang yang merupakan respon spiritual atas dampak dari dzikir sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadisnya :
نَوِّرُوْا بُيُوْتَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
“Terangilah rumah-rumah kalian dengan shalat dan membaca al-Quran.” (HR: al-Baehaqi)
Menerangi rumah artinya adalah memberikannya cahaya. Dengan kata lain, shalat dan Alquran yang kita baca dapat mewujud menjadi cahaya pada pandangan yang tak kasat mata, yang dengannya rumah akan tampak bersinar, sehingga menjadikan penghuninya merasa tenang, damai dan bahagia, ceria dan cerah hidupnya. Hal ini memberikan sebuah informasi penting kepada kita bahwa dampak dari apa yang kita baca, melalui) dzikir-dzikir kita akan meresonansikan cahaya pada diri kita dan sekitar kita.
Demikian pula apabila kalimat-kalimat toyyibah, ayat-ayat Alquran, doa-doa, dzikir dzikir, diresonansikan kepada benda apapun, termasuk terhadap air, maka tentu benda-benda tersebut akan terasonansi dengan cahaya , sebagai dampak dari apa yang kita baca tersebut, yang dengannya pula maka air itu apabila diberikan atau diminumkan pada orang yang sedang berada dalam “suasana gelap”, hidup penuh persoalan, sedang berada dalam kegelisahan, dan kegalauan, dalam kondisi kejiwaan yang sakit , ataupun ada luka hati yang sedang menganga, maka tentu air yang telah teresonansikan dengan cahaya, akan menerangi orang tersebut. Sehingga akan tercipta ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan sembuhnya Luka Hati.
Suasana gelap bukan berarti tidak ada cahaya, namun sedikitnya cahaya yang berinteraksi. Apabila ada tambahan cahaya, maka tentu akan menemukan jalan keluar yang mudah, karena dipandu oleh cahaya. Demikianlah The Power of water, kekuatan air yang telah teresonansi dengan doa-doa dan dzikir.
Suatu hal yang menarik adalah apa yang dihasilkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti Jepang bernama Dr masaru Emoto (1943-2014) . Ia adalah seorang penulis dan peneliti Jepang yang dikenal luas karena penelitiannya tentang pengaruh kesadaran manusia terhadap struktur molekuler air. Penelitiannya yang paling terkenal melibatkan pembekuan air yang telah terpapar berbagai kata, musik, atau doa, kemudian mengamati dan memotret kristal es yang terbentuk.
Hasil penelitian Dr. Masaru Emoto menyebutkan beberapa hal, antara lain :
- Pengaruh Kata dan Pikiran: Emoto mengklaim bahwa air yang terpapar kata-kata positif seperti “terima kasih,” “cinta,” atau “kasih sayang” membentuk kristal yang indah, simetris, dan teratur ketika dibekukan. Sebaliknya, air yang terpapar kata-kata negatif seperti “benci,” “bodoh,” atau “jahat” menghasilkan kristal yang tidak berbentuk, asimetris, dan bahkan tidak membentuk kristal sama sekali.
- Pengaruh Musik: Emoto juga melaporkan bahwa musik memiliki efek yang berbeda pada pembentukan kristal air. Musik klasik yang harmonis dikatakan menghasilkan kristal yang indah dan teratur, sementara musik heavy metal atau musik dengan lirik negatif menghasilkan kristal yang tidak beraturan dan kacau.
- Pengaruh Doa dan Niat: Salah satu eksperimennya yang terkenal melibatkan sekelompok orang yang memfokuskan niat positif dan doa pada sampel air yang berada di lokasi yang berbeda. Hasilnya, menurut Emoto, menunjukkan bahwa air yang menjadi target doa dan niat positif membentuk kristal yang lebih indah dibandingkan dengan air kontrol.
- Perbedaan Sumber Air: Emoto juga mengamati bahwa air dari berbagai sumber (air keran, air sungai yang tercemar, air mata air alami) menghasilkan struktur kristal yang berbeda pula. Air alami yang bersih cenderung membentuk kristal yang lebih indah daripada air yang tercemar atau telah melalui proses pengolahan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa air yang dibacakan ayat-ayat Alquran, kalimat-kalimat toyyibah dzikir-dzikir, maka tentu akan jauh lebih bersinar, karena pesan-pesan yang disampaikan langsung bersumber dari Sang Pencipta kehidupan, ataupun dari Rasulullah Al Amin dan para orang-orang Sholeh yang dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Terlebih tentunya pula, apabila air tersebut bersumber dari tempat di mana kalimat-kalimat toyyibah selalu di senandungkan, dan seluruh pandangan batin serta fisik tertuju ke satu titik di tempat tersebut, yaitu Baitullah kiblat kaum muslimin itulah air zam-zam
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Emoto bahwa kata-kata, pikiran, dan niat positif dapat membentuk kristal air yang indah dan teratur. Sementara tubuh manusia 70% nya adalah air, maka tentu Apa yang diucapkan akan teresonansikan pada tubuh kita, sehingga jika yang diucapkan positif, berupa kalimat-kalimat Toyibah dan ayat-ayat suci Alquran yang terus diulang-ulang, maka pastilah akan berdampak positif pula terhadap diri seseorang. Mungkin itulah yang disebut oleh Allah bahwa berdzikir akan menenangkan hati.
Bahkan apabila kalimat dzikir tersebut dilakukannya dengan penuh penghayatan dan keyakinan (niat positif) tentu berpotensi memengaruhi kualitas air dalam tubuh menjadi lebih “teratur” atau “harmonis,” sesuai dengan hasil penelitian Emoto tersebut.
Aktivitas dzikir tidak hanya melibatkan pelafalan, tetapi juga pemusatan pikiran dan hati kepada Allah. Seseorang yang berdzikir berusaha untuk hadir dengan hati mereka, merenungkan makna kalimat dzikir, maka tentu akam merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta yang menjadikannya semakin tenang, damai dan bahagia.
Demikian pula, Jika niat dan fokus positif dapat mempengaruhi air seperti yang disampaikan oleh Emoto, maka aktivitas dzikir yang dilakukan dengan khusyuk dan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat-Nya, berpotensi memiliki efek yang lebih kuat pada air dalam tubuh.
Hasil riset Masaru Emoto ini sebenarnya Sebenarnya menegaskan kebenarnn atas apa yang selama ini diajarkan oleh Rasulullah dan para ulama kaum muslimin melalui pembacaan ayat-ayat ruqyah (pengobatan).
Dalam tradisi Islam, air yang telah dibacakan ayat-ayat Al-Quran atau doa-doa (termasuk dzikir) dapat digunakan sebagai media penyembuhan (ruqyah). Air yang dibacakan ayat-ayat ruwyah ataupun ayat-ayat syifa’ tentu memiliki keberkahan dan dapat memberikan manfaat bagi yang meminumnya. Jika mendasarkan pada riset tersebut, bahwa pembacaan dzikir dan ayat suci pada air dapat mengubah struktur molekuler air yang telah dibacakan ayat-ayat/dzikir akan menjadi lebih “positif” atau “berenergi,” sehingga memberikan efek penyembuhan. In syaa Allah…
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar