Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk berdzikir sebagai cara mendekat kepadaNya (taqarrub). Namun tidak jarang kemudian dzikir yang kita lakukan bisa rusak dan tidak diterima, disebabkan tata cara yang dilakukannya tidak mempergunakan adab yang benar. Ibarat seseorang sedang meminta kepada orang lain, namun bukan kebaikan yang diperolehnya, melainkan murka. Untungnya, kita berdoa dan berdzikir kepada Allah, kita sedang berhadapan dengan Dzat yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penerima segala permintaan.
Terdapat beberapa tata cara, adab yang harus diperhatikan saat berdoa dan berdzikir agar apa yang kita minta mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain :
- Dalam keadaan suci
Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan anjuran berdzikir dan berdoa dalam keadaan suci (berwudhu). Rasulullah saw seringkali berdoa setelah berwudhu, dan ini dianggap sebagai adab yang baik dan lebih utama.
Meskipun hadits ini secara spesifik membahas wudhu untuk shalat, shalat itu sendiri adalah ibadah yang penuh dengan doa. Melakukan wudhu sebelum ibadah yang mengandung doa menunjukkan pentingnya kesucian saat menghadap Allah.
Ų¹ŁŁŁ Ų£ŁŲØŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ±ŁŲ©Ł Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ§ŁŁ: Ā«ŁŲ§Ł ŲŖŁŁŁŲØŁŁŁ ŲµŁŁŲ§ŁŲ©Ł Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł Ų„ŁŲ°ŁŲ§ Ų£ŁŲŁŲÆŁŲ«Ł ŲŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲŖŁŁŁŲ¶ŁŁŲ£Ł.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak diterima shalat salah seorang di antara kalian apabila berhadats hingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meskipun hadits ini tentang shalat, prinsip kesucian sebelum menghadap Allah dalam ibadah yang mengandung doa dapat diqiyaskan (dianalogikan) dengan berdoa di luar shalat.
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw seringkali dalam keadaan berwudhu. Mengingat beliau adalah orang yang paling banyak berdoa dan berdzikir, ini mengisyaratkan bahwa beliau lebih memilih keadaan suci saat berinteraksi dengan Allah melalui doa.
Sebagian ulama menganalogikan berdoa dengan ibadah-ibadah lain yang disyaratkan atau dianjurkan dalam keadaan suci, seperti membaca Al-Qur’an dan menyentuhnya. Meskipun derajat kewajibannya berbeda, prinsip menghormati dan mengagungkan Allah dengan berada dalam keadaan bersih tetap relevan.
- Menghadap kiblat
Terdapat banyak dalil dari hadits Nabi Muhammad saw yang menganjurkan untuk menghadap kiblat saat berdoa. Sebagaimana dalam hadits :
Ų¹ŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŲ±Ł ŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲ·ŁŁŲ§ŲØŁ Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: ŁŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲÆŁŲ±Ł ŁŁŲøŁŲ±Ł Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ“ŁŲ±ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł Ų£ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŲµŁŲŁŲ§ŲØŁŁŁ Ų«ŁŁŲ§ŁŲ«Ł Ł ŁŲ§Ų¦ŁŲ©Ł ŁŁŲŖŁŲ³ŁŲ¹ŁŲ©Ł Ų¹ŁŲ“ŁŲ±Ł Ų±ŁŲ¬ŁŁŲ§ŁŲ ŁŁŲ§Ų³ŁŲŖŁŁŁŲØŁŁŁ ŁŁŲØŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŲ©Ł Ų«ŁŁ ŁŁ Ł ŁŲÆŁŁ ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ ŁŁŲ¬ŁŲ¹ŁŁŁ ŁŁŁŁŲŖŁŁŁ ŲØŁŲ±ŁŲØŁŁŁŁ: Ā«Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų£ŁŁŁŲ¬ŁŲ²Ł ŁŁŁ Ł ŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŲÆŁŲŖŁŁŁŁŲ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų¢ŲŖŁ Ł ŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŲÆŁŲŖŁŁŁŁŲ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų„ŁŁŁ ŲŖŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ°ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŲµŁŲ§ŲØŁŲ©Ł Ł ŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ„ŁŲ³ŁŁŲ§ŁŁ Ł ŁŲ§Ł ŲŖŁŲ¹ŁŲØŁŲÆŁ ŁŁŁ Ų§ŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶ŁĀ». ŁŁŁ ŁŲ§ Ų²ŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŲŖŁŁŁ ŲØŁŲ±ŁŲØŁŁŁŁ Ł ŁŲ§ŲÆŁŁŲ§ ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ Ł ŁŲ³ŁŲŖŁŁŁŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŲ©Ł ŲŁŲŖŁŁŁ Ų³ŁŁŁŲ·Ł Ų±ŁŲÆŁŲ§Ų¤ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁŲØŁŁŁŁŁ.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika terjadi perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat orang-orang musyrik berjumlah seribu, sedangkan sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang. Maka Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat, lalu mengulurkan kedua tangannya dan terus menerus memohon kepada Rabbnya: “Ya Allah, penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan kelompok kecil dari kaum muslimin ini, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di bumi ini.” Beliau terus menerus memohon kepada Rabbnya dengan mengulurkan kedua tangannya menghadap kiblat hingga selendangnya jatuh dari kedua pundaknya.” (HR. Muslim)
Sementara dalam Hadits yang menjelaskan tentang Istisqa’ (meminta hujan), diketahui bahwa Nabi dalam berdoa menghadap kiblat :
Ų¹ŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁ Ų²ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŲ£ŁŁŁŲµŁŲ§Ų±ŁŁŁŁ Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų®ŁŲ±ŁŲ¬Ł Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲµŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŲŖŁŲ³ŁŁŁŁŲ ŁŁŲ§Ų³ŁŲŖŁŁŁŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŁŁŲØŁ Ų±ŁŲÆŁŲ§Ų”ŁŁŁ ŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ų±ŁŁŁŲ¹ŁŲŖŁŁŁŁŁ.
Dari Abdullah bin Zaid Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju tempat shalat untuk meminta hujan, lalu beliau menghadap kiblat, membalikkan selendangnya, dan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini disebutkan bahwa Rasulullah saw seringkali berdoa dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Ini menunjukkan bahwa menghadap kiblat adalah bagian dari adab yang baik dalam berdoa.
Para ulama menjelaskan bahwa menghadap kiblat saat berdoa adalah sunnah (dianjurkan) dan merupakan salah satu adab yang baik dalam berdoa. Hal ini menunjukkan penghambaan diri kepada Allah dan mengikuti tuntunan Nabi saw. Meskipun demikian, berdoa menghadap kiblat bukanlah syarat sahnya doa, sehingga doa tetap sah meskipun tidak menghadap kiblat.
- TawajjuhĀ
Adalah sikap kesungguhan untuk menghadapkan dirinya, jiwa dan raganya saat berdzikir dan hanya tertuju pada Allah semata. Seseorang saat berdzikir haruslah menghadirkan seluruh jiwa raga, perasaan dan pikiran, sikap penuh kesungguhan dalam melaksanakan dzikir. Hal ini adalah sesuatu yang esensi dan ruh dari ibadah doa itu sendiri.
ŁŁŲÆŁ Ų£ŁŁŁŁŁŲŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŲ¤ŁŁ
ŁŁŁŁŁŁ * Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁŁ ŁŁŁ
Ł ŁŁŁ ŲµŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁ
Ł Ų®ŁŲ§Ų“ŁŲ¹ŁŁŁŁ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (Surah Al-Mu’minun (23): Ayat 1-2)
Sikap Khusyuk dalam shalat mencakup ketenangan hati, fokus pikiran, dan penghayatan makna bacaan dan gerakan shalat. Esensi ini juga relevan dalam berdoa, di mana hati harus hadir dan fokus kepada Allah.
ŁŁŲ§Ų°ŁŁŁŲ±Ł Ų±ŁŲØŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŁŁŲ³ŁŁŁ ŲŖŁŲ¶ŁŲ±ŁŁŲ¹ŁŲ§ ŁŁŲ®ŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲÆŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŁŁŲ±Ł Ł
ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ§ŁŁŲŗŁŲÆŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ¢ŲµŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŲ§ ŲŖŁŁŁŁŁ Ł
ŁŁŁ Ų§ŁŁŲŗŁŲ§ŁŁŁŁŁŁŁ
Ā “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surah Al-A’raf (7): Ayat 205)
Ayat ini menekankan pentingnya mengingat Allah dengan hati yang merendah dan takut, serta menjauhi kelalaian. Ini adalah inti dari tawajjuh saat berdoa.
Rasulullah saw Menganjurkan Kekhusyukan dan Menjauhi Kelalaian dalam Doa atau berdzikir bahkan Allah tidak akan mengabulkan doa pada hati yang lalai.
Ų¹ŁŁŁ Ų£ŁŲØŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŲ±ŁŲ©Ł Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ§ŁŁ: «ادŁŲ¹ŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŁŁŲŖŁŁ Ł Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ§ŁŲ„ŁŲ¬ŁŲ§ŲØŁŲ©ŁŲ ŁŁŲ§Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ Ų£ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§Ł ŁŁŲ³ŁŲŖŁŲ¬ŁŁŲØŁ ŲÆŁŲ¹ŁŲ§Ų”Ł Ł ŁŁŁ ŁŁŁŁŲØŁ ŲŗŁŲ§ŁŁŁŁ ŁŲ§ŁŁŁ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini secara jelas menyatakan bahwa doa yang berasal dari hati yang lalai dan tidak fokus tidak akan dikabulkan. Ini adalah penekanan langsung pada pentingnya kehadiran hati (tawajjuh) saat berdoa.
Para ulama menjelaskan bahwa doa adalah komunikasi langsung antara hamba dengan Rabbnya. Komunikasi yang efektif memerlukan kehadiran hati dan fokus pikiran. Doa yang hanya diucapkan oleh lisan tanpa penghayatan hati dianggap kurang bermakna dan kurang efektif.
Hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main, dan ini menunjukkan bahwa kehadiran hati dan tawajjuh kepada Allah adalah ruh dari doa. Pemahaman para ulama bahwa doa adalah munajat (berbisik-bisik) seorang hamba kepada Rabbnya, dan munajat mengharuskan kehadiran hati dan menghadap kepada yang diajak bicara dengan seluruh jiwa.
- Perbanyak memuji Allah dengan memanggil dan menyebut Nama-nama Allah yang agung (ismul a’dhom) sebelum berdoa / berdzikir
Apabila kita menginginkan dzikir dan doa kita mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka mulailah dengan memperbanyak menyebut nama-namanya yang agung ismul A’dhom, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis. Bahwa Jika berdoa dengan menggunakan Nama Allah yg agung sulit ditolak, sangat mungkin dikabulkan
Ų¹ŁŁŁ Ų£ŁŁŁŲ³Ł Ų£ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ł
ŁŲ¹Ł Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ
Ł Ų¬ŁŲ§ŁŁŲ³ŁŲ§ ŁŁŲ±ŁŲ¬ŁŁŁ ŁŁŲµŁŁŁŁŁ Ų«ŁŁ
ŁŁ ŲÆŁŲ¹ŁŲ§ ” Ų§ŁŁŁŁŁŁŁ
ŁŁ Ų„ŁŁŁŁŁ Ų£ŁŲ³ŁŲ£ŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ£ŁŁŁŁ ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲŁŁ
ŁŲÆŁ ŁŲ§ Ų„ŁŁŁŁŁ Ų„ŁŁŲ§ Ų£ŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŁŁ
ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŲØŁŲÆŁŁŲ¹Ł Ų§ŁŲ³ŁŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲ§ŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶Ł ŁŁŲ§ Ų°ŁŲ§ Ų§ŁŁŲ¬ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ§ŁŲ„ŁŁŁŲ±ŁŲ§Ł
Ł ŁŁŲ§ ŲŁŁŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁ
Ł ” Ų ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ
Ł : ( ŁŁŁŁŲÆŁ ŲÆŁŲ¹ŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ§Ų³ŁŁ
ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŲøŁŁŁ
Ł Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁ Ų„ŁŲ°ŁŲ§ ŲÆŁŲ¹ŁŁŁ ŲØŁŁŁ Ų£ŁŲ¬ŁŲ§ŲØŁ ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ Ų³ŁŲ¦ŁŁŁ ŲØŁŁŁ Ų£ŁŲ¹ŁŲ·ŁŁ ) .
Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲŖŲ±Ł
Ų°Ł ( 3544 ) ŁŲ£ŲØŁ ŲÆŲ§ŁŲÆ ( 1495 ) ŁŲ§ŁŁŲ³Ų§Ų¦Ł ( 1300 ) ŁŲ§ŲØŁ Ł
اج٠( 3858 ) Ų
Dari Anas dahulu beliau bersama Rasulullah sallallahuāalaihi wa sallam duduk, dan ada seseorang shalat kemudian berdoa, āYa Allah, sesunggunya saya memohon kepada-Mu. Sesungguhnya hanya milik-Mu seluruh pujian, tiada tuhan melainkan Engkau. Yang Maha Dipuji, pencipta langit dan bumi, wahai yang mempunyai kemulyaan dan kehormatan, wahai Maha hidup dan Mandiri. Maka Nabi sallallahuāalaihi wa salla bersabda, āSungguh dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung, dimana kalau berdoa akan dikabulkan, kalau meminta akan diberikan.ā HR. Tirmizi, 3544. Abu Dawud, 1495. An-Nasaāi, 1300. Ibnu Majah, 3858Ā
Salah satu kalimat ismul Azhom itu sebagaimana disebutkan di dalam kitab abwabul faraj yang ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki antara lain adalah :
- Ų§ŁŁŁ
- Ų§ŁŁŁ Ų§ŁŲ±ŲŁ Ł Ų§ŁŲ±ŲŁŁ
- Ų§ŁŲ±ŲŁ Ł Ų§ŁŲ±ŲŁŁ Ų§ŁŲŁ Ų§ŁŁŁŁŁ
- Ų§ŁŲŁ Ų§ŁŁŁŁŁ
- Ų§ŁŲŁŲ§Ł Ų§ŁŁ ŁŲ§Ł ŲØŲÆŁŲ¹ Ų§ŁŲ³Ł ŁŲ§ŲŖ ŁŲ§ŁŲ§Ų±Ų¶ Ų°ŁŲ§ Ų§ŁŲ¬ŁŲ§Ł ŁŲ§ŁŲ§ŁŲ±Ų§Ł
- Ų§ŁŁŁ ŁŲ§ Ų§ŁŁ Ų§ŁŲ§ ŁŁ Ų§ŁŲ§ŲŲÆ Ų§ŁŲµŁ ŲÆ Ų§ŁŲ°Ł ŁŁ ŁŁŲÆ ŁŁŁ ŁŁŁŲÆ ŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŁŲ§ Ų§ŲŲÆ
- Ų±ŲØ Ų±ŲØ
- Ł Ų§ŁŁ Ų§ŁŁ ŁŁĀ
- ŁŲ§ Ų§ŁŁ Ų§ŁŲ§ Ų§ŁŲŖ Ų³ŲØŲŲ§ŁŁ Ų§ŁŁ ŁŁŲŖ Ł Ł Ų§ŁŲøŲ§ŁŁ ŁŁ
- ŁŁŁ Ų© Ų§ŁŲŖŁŲŁŲÆ
- Ų§ŁŲ§Ų³Ł Ų§Ų” Ų§ŁŲŲ³ŁŁ
- Membaca shalawat kepada Rasulullah saw.
Apabila doa kita ingin mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka bukalah dengan sholawat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terlebih dahulu sebelum kita mengungkapkan dzikir dan doa kita. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat :
- Hadits dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu:
Ų¹ŁŁŁ ŁŁŲ¶ŁŲ§ŁŁŲ©Ł ŲØŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŁŁŲÆŁŲ ŁŁŲ§ŁŁ: Ų³ŁŁ ŁŲ¹Ł Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł Ų±ŁŲ¬ŁŁŁŲ§ ŁŁŲÆŁŲ¹ŁŁ ŁŁŁ ŲµŁŁŁŲ§ŲŖŁŁŁ ŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŁŲ¬ŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲŖŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲµŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŲ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł: «عŁŲ¬ŁŁŁ ŁŁŲ°ŁŲ§Ā». Ų«ŁŁ ŁŁ ŲÆŁŲ¹ŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲŗŁŁŁŲ±ŁŁŁ: «؄ŁŲ°ŁŲ§ ŲµŁŁŁŁŁ Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁŁŲØŁŲÆŁŲ£Ł ŲØŁŲŖŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁ Ų±ŁŲØŁŁŁŁ Ų¹ŁŲ²ŁŁ ŁŁŲ¬ŁŁŁŁŲ ŁŁŲ§ŁŲ«ŁŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŲ Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŁŲµŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŲ Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŁŲÆŁŲ¹Ł ŲØŁŁ ŁŲ§ Ų“ŁŲ§Ų”ŁĀ»
Dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, ia tidak mengagungkan Allah Ta’ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya: “Apabila salah seorang di antara kalian shalat, maka hendaklah ia memulai dengan memuji Rabbnya Yang Maha Mulia dan Agung, dan menyanjung-Nya, kemudian hendaklah ia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian hendaklah ia berdoa dengan apa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi no. 3477, Abu Dawud no. 1481)
- Hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
Ų¹ŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁ Ł ŁŲ³ŁŲ¹ŁŁŲÆŁŲ ŁŁŲ§ŁŁ: «؄ŁŲ°ŁŲ§ Ų£ŁŲ±ŁŲ§ŲÆŁ Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł Ų£ŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŲ£ŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŲØŁŲÆŁŲ£Ł ŲØŁŲ§ŁŁŁ ŁŲÆŁŲŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŲ«ŁŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŲ²ŁŁ ŁŁŲ¬ŁŁŁŁŲ Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŁŲµŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŲ Ų«ŁŁ ŁŁ ŁŁŁŁŲ³ŁŲ£ŁŁŁ Ł ŁŲ§ Ų“ŁŲ§Ų”ŁĀ»
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Apabila salah seorang di antara kalian hendak meminta (berdoa), maka hendaklah ia memulai dengan memuji dan menyanjung Allah ‘Azza wa Jalla, kemudian hendaklah ia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian hendaklah ia meminta apa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi no. 3476)
- Atsar dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu:
Ų¹ŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŲ±Ł ŲØŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲ·ŁŁŲ§ŲØŁ ŁŁŲ§ŁŁ: Ā«Ų„ŁŁŁŁ Ų§ŁŲÆŁŁŲ¹ŁŲ§Ų”Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁ ŁŲ§Ų”Ł ŁŁŲ§ŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶Ł ŁŲ§Ł ŁŁŲµŁŲ¹ŁŲÆŁ Ł ŁŁŁŁŁ Ų“ŁŁŁŲ”Ł ŲŁŲŖŁŁŁ ŲŖŁŲµŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŲØŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁĀ»
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Sesungguhnya doa itu berhenti di antara langit dan bumi, tidak naik sedikitpun darinya hingga engkau bershalawat kepada Nabimu shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi no. 486)
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar










