Kanal24, Malang – Di tengah padatnya pelaksanaan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2025, Universitas Brawijaya menaruh perhatian besar terhadap dinamika dan kendala yang mungkin dihadapi peserta. Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan adalah menyiapkan unit pendukung layanan krisis atau crisis center.
Arif Hidayat, S.Kom., M.M., Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik (DALA) UB, menyampaikan bahwa hadirnya crisis center ini memungkinkan peserta UTBK mendapatkan bantuan dengan cepat saat menghadapi kendala.
Selain beberapa permasalahan kerap muncul setelah pengumuman hasil SNBT, dan untuk mengatasi hal ini tim DALA UB siap membantu konsultasi peserta SNBT melalui website haloselma.ub.ac.id.
Salah satu permasalahan adalah peserta yang diterima di UB, namun tidak melakukan daftar ulang karena memilih institusi kedinasan. “Kami sering mendapati mahasiswa yang diterima SNBT di UB, tapi akhirnya tidak mendaftar ulang karena diterima di sekolah kedinasan,” ungkapnya.
Baca juga:
Menaklukkan UTBK 2025: Strategi Belajar yang Efektif
Permasalahan lain datang dari pendaftar Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Menurut Arif, ada mahasiswa yang mendaftar SNBT melalui jalur KIP-K, namun setelah dinyatakan diterima di UB, ternyata tidak lolos verifikasi KIP-K. Akibatnya, mereka harus membayar secara mandiri, yang bagi sebagian menjadi kendala. “Sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya batal daftar ulang tanpa memberi konfirmasi. Padahal, jika mereka berkomunikasi dengan pihak UB, kami bisa berupaya membantu melalui skema bantuan lain,” tegas Arif.
Untuk itu, UB mendorong peserta untuk aktif melakukan komunikasi. Unit layanan informasi dan panitia SNBT di UB membuka jalur konsultasi serta advokasi bagi peserta, terutama mereka yang terkendala secara ekonomi.
Langkah ini sejalan dengan komitmen UB dalam memastikan tidak ada mahasiswa yang gagal melanjutkan pendidikan hanya karena kendala finansial. “Kami ingin semua peserta yang lolos bisa menempuh pendidikan di UB. Maka dari itu, dukungan dalam bentuk layanan tanggap darurat dan informasi sangat penting,” pungkas Arif.
Baca juga:
Sambut UTBK 2025, UB Siapkan Fasilitas Khusus untuk 16 Peserta Difabel
Dengan hadirnya crisis center, Universitas Brawijaya memperkuat komitmennya dalam memberikan dukungan menyeluruh kepada calon mahasiswa, terutama yang menghadapi kendala administratif maupun finansial.
Layanan ini tidak hanya menjadi sarana konsultasi, tetapi juga bentuk nyata kepedulian institusi terhadap kelangsungan pendidikan generasi muda. UB berharap melalui pendekatan proaktif ini, para peserta tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan seleksi dan mampu melanjutkan studi dengan semangat dan harapan baru. (din/nid)