Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah 9th International Symposium of Association of Japan-Indonesia Veterinary Education (AJIVE) 2025. Acara yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UB (22/5/2025) ini menghadirkan narasumber ternama dari Indonesia dan Jepang.
Acara ini menghadirkan Prof. Satoshi Koba dari Faculty of Agriculture, Tottori University, Jepang, Prof. Muchammad Yunus, DVM., M.Kes., Ph.D dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, serta Prof. Dr. Aulanni’am, DVM., DES dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
Ketua pelaksana, Dr. drh. Siti Kurniawati, M.Ked.Trop., menjelaskan tujuan utama simposium ini. “Kegiatan AJIVE ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi di bidang akademik, pertukaran teknologi, penguatan kapasitas pendidikan kedokteran hewan, dan diskusi terkait isu global dan regional,” tuturnya.
Selain itu, menurutnya acara ini dapat meningkatkan riset, pendidikan, dan pengabdian masyarakat baik di Jepang maupun Indonesia. “Melalui ajang ini, para peneliti dapat berbagi hasil riset terkini,” ungkapnya.
Dekan FKH UB, drh. Dyah Ayu Oktavianie AP., M.Biotech., AP.Vet, turut menyampaikan apresiasinya. “Alhamdulillahirabbil’alamin, kami merasa terhormat karena dipercaya menjadi tuan rumah ajang internasional ini. Simposium AJIVE 2025 memberikan kebanggaan tersendiri bagi kami di UB, khususnya FKH,” tuturnya
Ia juga berharap kegiatan ini dapat semakin meningkatkan reputasi internasional Fakultas Kedokteran Hewan UB melalui kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi di Jepang. AJIVE menjadi salah satu wujud nyata kerja sama pendidikan yang strategis.
Senada dengan Dekan FKH UB, Wakil Rektor UB Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP., menyoroti pentingnya simposium ini sebagai bentuk kolaborasi strategis.
“Kolaborasi antara perguruan tinggi di Indonesia dan Jepang sangat strategis. Kegiatan seperti ini memberikan peluang besar untuk meningkatkan komunikasi interaktif antara dosen dan mitra, baik di dalam negeri maupun Jepang. Diskusi-diskusi yang muncul dapat melahirkan tema-tema kolaborasi baru di bidang pendidikan, pengajaran, hingga riset kompetitif,” jelasnya.
Prof. Imam menambahkan, “Harapannya, kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan UB menjadi pelopor dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran hewan, sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan keilmuan di tingkat internasional.”

Sementara itu, dalam paparannya, Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES., menyampaikan pentingnya pengembangan biomarker dalam kedokteran hewan. “Biomarker adalah molekul yang dirilis atau hilang pada fase awal penyakit, sehingga dapat digunakan untuk deteksi dini. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Fakultas Ilmu Komputer dan industri farmasi, untuk mengembangkan biomarker berbasis big data. Teknologi ini akan mempermudah analisis dan menghasilkan deteksi yang lebih akurat,” jelas Prof. Aulanni’am.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk memajukan riset biomarker. “Di Jepang, regulasi biomarker telah diatur dengan baik, sehingga kami dapat berbagi pengalaman dan metode. Dengan dukungan program ABG (Academic, Business, Government) serta kontribusi industri farmasi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menghasilkan inovasi yang bermanfaat tidak hanya di bidang kedokteran hewan, tetapi juga di kedokteran umum dan farmasi,” tambahnya.
Prof. Aulanni’am juga berbagi pengalamannya sebagai visiting lecturer di Osaka University, Jepang. Menurutnya, kolaborasi dengan Jepang telah membuka peluang besar dalam pertukaran data riset, pertukaran mahasiswa, serta pengembangan teknologi yang lebih sederhana namun efektif.
Dengan kehadiran para narasumber ahli, simposium AJIVE 2025 diharapkan mampu mendorong kolaborasi yang lebih erat antara perguruan tinggi di Jepang dan Indonesia, khususnya di bidang kedokteran hewan. Ajang ini juga menjadi momentum untuk memperkuat peran UB dalam mendukung kemajuan pendidikan global.(Din/Zid)