Kanal24, Malang – Tiga mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB), Salma Hanandifa Aflanda, M. Farid Muktafa, dan Reyna Fauziah Dwi Cahyani, menunjukkan bahwa limbah pun bisa jadi harapan bagi masa depan energi Indonesia. Lewat karya ilmiah berjudul “Hydrothermal Likuifikasi Limbah Lumpur sebagai Bahan Energi Terbarukan di Sektor Minyak dan Gas Indonesia”, yang dikompetisikan dalam ajang ENGINEEDS 2025 pada Jumat (23/05/2025).
Karya ini terinspirasi langsung dari tugas akhir mereka di semester 6 yang berfokus pada perancangan pabrik kimia (TPPK). Berbekal latar belakang tersebut, mereka mengembangkan konsep pemanfaatan limbah lumpur —khususnya dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terbesar di Indonesia, yaitu IPAL Losari di Makassar— sebagai bahan baku energi terbarukan.
Baca juga:
Catatan Prof. Pitojo untuk Bakal Calon Dekan FT UB

“Karena topik tugas akhir kami berkaitan erat dengan metode hydrothermal liquefaction ini, kami memutuskan untuk mengembangkan ide ini lebih jauh ke dalam bentuk inovasi lomba. Namanya juga mendadak, persiapannya hanya satu hari, tapi dengan bekal riset jurnal dan literatur, kami optimis,” ujar Salma.
Hydrothermal liquefaction (HTL) sendiri merupakan proses kimia yang mampu mengubah biomassa basah menjadi bio-crude oil atau minyak mentah biologis. Dalam riset mereka, limbah lumpur dari IPAL yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dijadikan bahan dasar produksi bensin dan pupuk, sekaligus sebagai alternatif air proses di sektor industri.
Farid menambahkan bahwa pendekatan ini sejalan dengan kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, khususnya di sektor minyak dan gas. Mereka bahkan sudah memetakan potensi kolaborasi dengan mitra besar seperti Pertamina, ADM, dan Bukit Asam untuk pengembangan lebih lanjut.
“Pasar bahan bakar nasional sedang naik tajam, jadi kami melihat ini sebagai peluang strategis untuk menghadirkan solusi energi alternatif dari sumber yang selama ini dipandang sebagai limbah,” jelas Farid.
Menurut Reyna, pengalaman mengikuti ENGINEEDS menjadi pembelajaran penting, bukan hanya dari segi teknis, tapi juga dalam hal kepercayaan diri, penyampaian ide, dan membangun komunikasi ilmiah yang baik.
“Kami jadi sadar bahwa Indonesia punya banyak potensi energi terbarukan. Tantangannya hanya bagaimana kita bisa mengeksplorasi dan mengembangkan sumber daya itu menjadi nyata dan bermanfaat,” kata Reyna.
Baca juga:
Eksposur Dunia Industri, FT UB Hadirkan Ahli FPSO
Karya inovatif mereka tak hanya membidik manfaat lingkungan, tetapi juga berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), khususnya dalam hal energi bersih dan pengelolaan limbah.
ENGINEEDS 2025 sendiri merupakan ajang tahunan bagi mahasiswa teknik di seluruh Indonesia untuk memamerkan riset dan inovasi. Acara ini mencakup berbagai lomba seperti esai ilmiah, poster, pameran inovasi, serta diskusi dengan mitra industri nasional. Tim ini, yang menamai diri mereka “Bismillah”, telah membuktikan bahwa langkah awal menuju energi masa depan bisa dimulai dari lumpur. (nid/rey)