Kanal24, Malang – Menjaga cita rasa masa lalu sambil tetap menyesuaikan dengan selera masa kini menjadi semangat utama Meylinda Ayu, salah satu pelaku UMKM kuliner yang berpartisipasi dalam gelaran Malang Djadoel 2025. Melalui usahanya di bidang food and beverage (F&B), ia hadir membawa berbagai sajian khas tempo dulu yang jarang ditemui di era sekarang, dengan sedikit inovasi agar tetap relevan di mata generasi muda.
Dalam wawancara bersama Kanal24 pada Senin (01/07/2025), Meylinda mengungkapkan bahwa acara seperti Malang Djadoel bukan hanya penting untuk mengenang sejarah seni dan budaya, tapi juga sangat membantu pelaku UMKM di tengah tantangan ekonomi.
Baca juga:
Menkeu & BI Laporkan Ekonomi Tumbuh di Tengah Badai

“Kami ikut acara ini untuk mengenang masa lalu, terutama dari sisi kuliner. Tapi yang lebih penting lagi, ini jadi wadah kami para UMKM untuk bertahan, karena saat ini kondisi ekonomi memang sedang tidak mudah,” ujarnya.
Dalam stand miliknya, Meylinda menyajikan berbagai makanan tradisional seperti camilan lawas, minuman herbal, hingga makanan berat khas Malang. Ia juga melakukan sedikit modifikasi terhadap beberapa resep agar tetap menarik di mata pembeli, salah satunya dengan memperkenalkan kembali jelly ball—makanan manis berbahan dasar tepung dan gula—yang kini dikemas lebih modern.
“Dulu ada makanan seperti jelly ball, sekarang kami coba modifikasi supaya tampilannya lebih menarik dan sesuai dengan selera anak muda. Tapi rasanya tetap mempertahankan yang asli,” jelasnya.
Sebagai pelaku UMKM skala kecil, ia sadar persaingan di industri kuliner sangat ketat, apalagi dengan banyaknya brand besar yang sudah dikenal masyarakat. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Meylinda untuk terus berkembang dan memperkenalkan produknya ke lebih banyak orang.
“Kalau dari sisi popularitas, mungkin kami kalah dengan brand besar. Tapi justru itu alasan kami sering ikut event seperti ini. Biar orang tahu bahwa masih ada kuliner tradisional yang enak dan layak dicoba,” ungkapnya.
Saat ini, usaha Meylinda masih banyak dipasarkan secara online. Namun, keikutsertaan dalam event-event offline seperti Malang Djadoel menjadi salah satu strategi utamanya agar masyarakat bisa merasakan langsung kualitas produk yang ia tawarkan.
“Kami masih aktif jualan secara online. Tapi event seperti ini penting, karena orang bisa coba langsung, bisa kenal dengan penjualnya, dan akhirnya bisa jadi pelanggan tetap. Jadi ini bukan sekadar jualan, tapi juga membangun kepercayaan,” tambahnya.

Baca juga:
Deregulasi Impor: Permendag 8/2024 Dihapus, Efisiensi Jadi Prioritas
Ia berharap melalui event seperti ini, UMKM-UMKM kecil lainnya juga bisa lebih dikenal dan diapresiasi, serta mendapat dukungan yang lebih luas baik dari masyarakat maupun pemerintah. Baginya, UMKM bukan hanya soal bertahan hidup, tapi juga tentang menjaga warisan kuliner lokal agar tidak hilang ditelan zaman.
“Harapannya UMKM lain juga bisa makin maju, makin dikenal orang. Jangan hanya terkenal karena online saja, tapi juga dikenal lewat pengalaman langsung. Karena makanan itu soal rasa, dan rasa tidak bisa dinilai hanya dari foto,” pungkas Meylinda.
Partisipasi pelaku UMKM seperti Meylinda Ayu dalam Malang Djadoel 2025 menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak harus dilakukan dalam skala besar. Melalui langkah kecil dan konsisten seperti menghadirkan kembali makanan tradisional, warisan budaya bisa tetap hidup dan memberi kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. (nid)