Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menggelar Sosialisasi Arah Kebijakan dan Perjanjian Kinerja 2025-2030 pada Kamis (3/7/2025). Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Dekan FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli, SE., M.Si., yang menegaskan pentingnya sinergi dan strategi kolaboratif dalam mewujudkan visi institusi yang inklusif, akuntabel, serta berdampak nasional dan global.
Dalam paparannya, Dr. Imron menekankan bahwa perjanjian kinerja (PK) bukan sekadar dokumen administratif, tetapi menjadi kontrak strategis antara pimpinan di berbagai tingkatan—mulai dari kementerian, rektorat, hingga fakultas dan program studi—untuk menjalankan program prioritas sesuai target institusi. “Kalau sudah PK, itu artinya sudah sepakat. Tidak perlu tawar-menawar lagi, tinggal dijalankan dengan strategi yang matang,” tegasnya.
Baca juga:
Mahasiswa FISIP UB Bantu Bangun Desa Bandungrejo

Strategi Kolaboratif dan Inklusif
Salah satu strategi utama yang digulirkan adalah kolaborasi lintas program studi, departemen, dan pihak eksternal. Dr. Imron menyoroti pentingnya inklusi dalam pendidikan, terutama afirmasi bagi wilayah-wilayah seperti Papua. Ia menyampaikan bahwa kerja sama dengan pemerintah daerah di Papua, termasuk dengan gubernur dan bupati, menjadi peluang untuk membangun pola pendidikan yang adil dan setara.
“Selain Mahasiswa Papua yang datang ke Malang, kita juga akan habituasi proses pembelajaran dan pembimbingan yang sesuai dengan kultur mereka. Bahkan ke depan bisa ada Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di Papua, yang kita jalankan bersama universitas lokal di sana,” jelasnya.
Reformasi Internal dan Tata Kelola
Untuk mendukung implementasi arah kebijakan tersebut, FISIP UB juga tengah mereformasi struktur organisasi tata kelola (SOTK) dengan membentuk dua badan baru: Badan Inovasi dan Transformasi Sosial serta Badan Akselerasi Kerja Sama. Badan Inovasi akan fokus pada penciptaan produk dan riset yang relevan bagi kebijakan publik, sementara Badan Akselerasi akan memperkuat jaringan kerja sama dengan mitra strategis, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Dr. Imron juga menggarisbawahi perlunya perubahan paradigma dalam tata kelola akademik. Ia menyinggung beban dosen yang kerap multitugas hingga urusan administrasi, yang berdampak pada kualitas pengajaran dan pelayanan terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, pendekatan berbasis inovasi seperti pembuatan video-video pendek untuk sembilan standar akreditasi BAN-PT disiapkan untuk memudahkan proses evaluasi dan dokumentasi.
Membangun Modal Sosial dan Budaya Akademik Sehat
Di tengah berbagai tantangan eksternal seperti peningkatan reputasi dan pencapaian kampus berdampak, FISIP UB juga berfokus pada penguatan modal sosial melalui peningkatan kepercayaan, jaringan, dan budaya akademik sehat. “Konflik kepentingan bahkan konflik individu harus kita minimalisir. Rasa saling percaya menjadi kapital sosial yang sangat berharga,” ujar Dr. Imron.

Baca juga:
Sambut Mahasiswa Baru, Fisip UB Resmikan Renovasi Ruang Pascasarjana
Sistem Akuntabilitas dan Call Center Mahasiswa
Untuk meningkatkan akuntabilitas institusi terhadap mahasiswa, FISIP UB mendorong setiap departemen membentuk call center akademik. Sistem ini akan menjadi penghubung antara mahasiswa dan dosen pembimbing dalam proses seperti penyusunan skripsi. “Kalau ada keluhan dosen sulit dihubungi, atau sebaliknya, ini bisa dimediasi lewat call center. Jadi semua komunikasi terdokumentasi dan terpantau,” tambahnya.
Melalui kebijakan dan strategi menyeluruh ini, FISIP UB berharap dapat menjadi fakultas yang inklusif, kolaboratif, dan adaptif terhadap dinamika zaman. Sosialisasi ini menjadi pijakan awal dalam menyatukan langkah seluruh civitas akademika untuk menghadapi lima tahun ke depan dengan semangat perubahan dan inovasi berkelanjutan. (nid/din)