Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) resmi memberangkatkan dua dokter terbaik dari Fakultas Kedokteran untuk bergabung dalam misi kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina. Prosesi pelepasan berlangsung pada Jumat (4/07/2025), dipimpin langsung oleh Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., di halaman Gedung Rektorat UB, disaksikan oleh sivitas akademika, mitra lembaga, dan organisasi kemanusiaan.
Dalam sambutannya, Prof. Widodo menegaskan bahwa kehadiran para relawan ini menjadi simbol solidaritas dan juga sebagai wujud keberpihakan nyata ilmu pengetahuan terhadap kemanusiaan.
Baca juga:
Mahasiswa FISIP UB Bantu Bangun Desa Bandungrejo

“Keberangkatan ini adalah bentuk nyata bahwa ilmu harus berpihak pada kemanusiaan. Keberanian sejati adalah hadir di saat dunia paling membutuhkan. Kita mungkin tak mampu menghentikan perang, tapi kita bisa mengirim guru, ilmuwan, dan tenaga medis untuk membawa cahaya harapan,” ujar Prof. Widodo.
Dua relawan medis yang diberangkatkan adalah Dr. dr. Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat, M.Kes.MMR., Sp.OT. dan Dr. dr. Ristiawan Muji Laksono, Sp.An-TI, Subsp.M.N.(K), FIPP., MTS. Keduanya akan bertugas di Rumah Sakit Al-Najar, Gaza, bersama tim medis dari berbagai negara dalam misi yang difasilitasi oleh Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) dan Rahma Medical Network.
Didukung Penuh oleh UB dan Donasi Publik
Ketua UB Palestine Solidarity, Prof. Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, M.Kes., Sp.ParK., menyampaikan bahwa misi ini merupakan bagian dari komitmen UB untuk membela keadilan dan hak asasi manusia. UB tak hanya melepas tenaga medis, tapi juga mendukung penuh pembiayaan serta menggalang donasi dari masyarakat kampus dan alumni.
“Pengumpulan donasi hingga hari ini mencapai Rp1.016.835.048. Donasi ini berasal dari alumni FK, sivitas UB, dan masyarakat umum. Dana tersebut disalurkan dalam bentuk bantuan peralatan medis, obat-obatan, serta logistik misi,” terang Prof. Loeki.
Beberapa alat medis yang dibawa meliputi ultrasonografi portable, jarum anestesi, bone graft (cangkok tulang), hingga alat manajemen nyeri yang sangat dibutuhkan di medan konflik seperti Gaza.

Perjalanan Medis Melewati Rute Internasional
Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional BSMI, Muhamad Djazuli Ambari, SKM, M.Si., menjelaskan bahwa perjalanan menuju Gaza dilakukan melalui jalur internasional yang kompleks. Para relawan akan terbang menuju Jordan, lalu melanjutkan perjalanan darat ke Rafah melalui Kerem Shalom, satu-satunya gerbang yang masih terbuka ke Gaza.
“Ini misi ke-38 kami bersama Rahma Foundation. Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, yang mendidik dokter-dokter terbaik dan juga mencetak manusia-manusia yang peka dan tangguh secara moral,” ujar Djazuli.
Ikhlas Demi Kemanusiaan, Siap Hadapi Risiko
Dalam pernyataannya, Dr. Kuntadi menegaskan bahwa niat utama mereka adalah membantu sesama manusia.
“Sejak awal kami niatkan ini murni untuk kemanusiaan. Tidak ada ketakutan, karena hidup dan mati sudah digariskan. Jika memang harus gugur dalam tugas, maka itu adalah kehormatan,” ucapnya.
Sementara itu, Dr. Ristiawan yang akan fokus pada penanganan anestesi dan manajemen nyeri menjelaskan bahwa kehadiran mereka penting untuk efisiensi penggunaan obat di tengah krisis logistik medis.
“Kami membawa perlengkapan penting untuk prosedur pembiusan dan USG agar bisa meminimalisasi penggunaan obat yang mulai langka,” jelasnya.
Keduanya berharap kehadiran tim medis dari Indonesia dapat membantu meringankan penderitaan masyarakat Gaza dan memberi semangat baru bagi dunia bahwa kemanusiaan masih hidup.

Baca juga:
Teknologi Tepat Guna Fapet UB di Bojonegoro, Targetkan 120 Inovasi Desa
Misi Kemanusiaan Jadi Inspirasi Nasional
Keberangkatan ini menjadi momentum bersejarah bagi Universitas Brawijaya sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mengirim langsung tim medis ke Gaza pasca eskalasi konflik terbaru. Prof. Widodo menutup sambutannya dengan harapan besar agar langkah UB ini bisa menginspirasi universitas-universitas lain untuk turut serta dalam aksi nyata kemanusiaan global.
“Mari kita suarakan pembukaan akses kemanusiaan tanpa syarat ke Gaza, dan bersama-sama menyalakan api moral akademik dunia untuk berdiri di sisi yang benar: kemanusiaan,” pungkas Rektor UB. (nid/dpa)